Monday 7 November 2016

Belati Tutankhamun Berasal Dari Luar Angkasa?


Studi terbaru menunjukkan bahwa belati milik Firaun Tutankhamun mengandung komponen asing dari luar angkasa.

Menurut literatur, kerajinan besi memegang peranan penting dalam evolusi manusia yang oleh sejarawan dibagi menjadi beberapa era, salah satunya adalah zaman besi. Saat inilah penggunaan tembaga, perunggu, dan besi mendominasi. Namun terdapat beberapa perbedaan tajam mengenai awal mulai tepatnya zaman besi. Bangsa Mesir Kuno mempunyai sumber daya mineral yang beragam. Gurun bagian timur dikenal sebagai daerah tambang yang telah dikelola selama ribuan tahun. Logam-logam tembaga, perunggu, dan emas telah lama dikenal mulai 4000 ribu tahun SM. Namun kontrasnya, meski telah dikenal lama, penggunaan besi pada kehidupan sehari-hari masyarakat aliran Sungai Nil terjadi lebih lambat daripada daerah lain di sekitar mesir yang sudah mengenal peleburan besi pada 1000 tahun SM.

Raja Tut, yang memerintah Mesir pada masa 1300 tahun sebelum masehi, telah mengejutkan banyak peneliti. Mereka menyimpulkan bahwa lapisan besi yang membentuk belati Firaun terbuat dari material meteorit. Penelitian yang digawangi oleh peneliti Italia dan Mesir menggunakan X-Ray Fluorosence untuk meneliti belati dari abad ke-14 SM itu. Belati ini merupakan satu dari dua belati yang ditemukan di samping mummi Firaun Tutankhamun. Bahkan bangsa Mesir Kuno pernah menyebutkan asal-usul "belati besi dari langit" ini dalam sebuah kitab.

Perdebatan tentang misteri kedua belati ini telah dimulai sejak Horward Carter dan Lord Carnarvon menemukan makam Raja Tut pada November 1922. Namun perdebatan ini menyepakati bahwa tidak ada artefak Mesir yang dibuat dengan bahan yang sama dengan belati ini. Francesco Porcelli, profesor Fisika pada PoliteknikTurin menyatakan bahwa oleh karena Bangsa Mesir kuno tidak mengenal ilmu metalurgi pada masa itu, maka anomali ini dianggap lebih berharga daripada emas. Belati sepanjang 35 mm ini mempunyai teknik pengerjaan berkualitas tinggi dan anti karat. 

Porcelli menambahkan bahwa penggunaan alat-alat berbahan baku meteorit banyak digunakan sebagai obyek-obyek seremonial bagi banyak peradaban kuno di seluruh dunia, termasuk pada suku Inuit; peradaban Tibet, Syiria, dan Mesopotamia kuno; juga pada manusia pra sejarah Hopewell bagian timur Amerika Utara. Masih dari Porcelli, komposisi belati itu terdiri dari 10% nikel dan 0,6% kobalt. Ini adalah komposisi khas dari meteorit, dan tidak ada komposisi metal bumi yang seperti itu. Hal ini menyelesaikan perdebatan panjang tentang asal dari belati Raja Tut.

sumber: ewao.com

No comments:

Post a Comment