Wednesday 24 September 2014

Stroke: Penanganan Tepat Yang Mampu Menyelamatkan



Sungguh sedih. Saat itu di akhir bulan April 2014, ibu terkena serangan stroke. Sebenarnya saya tidak terlalu terkejut dengan kejadian ini karena ibu mempunyai riwayat hipertensi dan beberapa saat sebelumnya sering terkena 'serangan' lupa mendadak. Beliau sering ling-lung, lupa dengan apa yang telah dikatakan atau dilakukan. Di usia yang menginjak 59 tahun, sebenarnya kesehatan beliau juga tidak terlalu jauh menurun, namun di usia berapapun, serangan stroke akan membawa dampak kemunduran fisik yang sangat signifikan bagi penderitanya. 
Stroke merupakan kondisi dimana berkurangnya suplai darah dan oksigen ke otak karena terdapat penyumbatan, penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah. Terdapat beberapa faktor resiko penyebab stroke, yaitu:
  • Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi 
  1. Usia. Semakin tua usia, semakin rentan terkena stroke karena adanya degenerasi pembuluh darah sehingga menyebabkan kaku atau munculnya plak.
  2. Jenis kelamin. Laki-laki cenderung memiliki resiko serangan lebih besar daripada perempuan.
  3. Herediter/keturunan. Orang dengan riwayat stroke pada keluarga memiliki resiko terserang stroke yang lebih tinggi.
  4. Ras atau etnis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ras kulit putih lebih rentan terhadap stroke daripada ras kulit hitam.
  •  Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
  1. Hipertensi. Orang dengan hipertensi memiliki resiko serangan stroke yang lebih besar karena terjadi gangguan aliran tekanan darah menuju otak.
  2. Penyakit jantung. Pusat dari aliran darah dalam tubuh terletak di jantung. Apabila terjadi gangguan pada jantung, suplai darah menuju otak juga akan terganggu.
  3. Diabetes Mellitus. Pada pederita diabetes, pembuluh darah umumnya tidak lentur karena pengaruh kadar glukosa dalam darah yang tidak stabil.
  4. Hiperkolesterol. Keadaan ketika LDL dalam darah berlebih akan menyebabkan plak pada pembuluh darah yang akan mengganggu kerja aliran darah dalam tubuh.
  5. Obesitas. Terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam tubuh.
  6. Merokok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perokok memiliki kadar fibrinogen yang dapat mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah.
Untungnya pada saat kejadian, ayah dengan sigap dan tidak panik lekas (dalam 30 menit) membawa ibu ke unit gawat darurat dan diberi suntikan yang dapat memperlancar aliran darah menuju otak. Menurut paramedis yang menangani, maksimal dalam enam jam penderita stroke harus segera mendapat penanganan medis yang memadai di rumah sakit untuk meminimalkan resiko terjadinya kelumpuhan organ tubuh.
Setelah menjalani rawat inap selama 4 hari, ibu pun diperbolehkan pulang. Saat awal kepulangan di rumah kondisi beliau tidak ubahnya orang yang sehat yang bebas melakukan apa saja. Namun setelah 3 sampai 4 hari kemudian kondisi fisiknya mulai menurun ditandai dengan lumpuh anggota tubuh (tangan dan kaki) bagian kanan hingga harus menggunakan kruk untuk berjalan dan tangan kanan yang tidak bisa digerakkan. Tentu kondisi ini sangat memukul psikis beliau. Perasaan putus asa dan tidak berguna menghampiri. Di sinilah peran keluarga sangat penting dalam memberi semangat agar mempercepat masa pemulihan. Setelah sempat terpuruk, ibu bangkit semangat untuk sembuh dengan  giat berlatih berjalan, melatih otot tangan, dan melatih otot wajah setiap hari. Semua dilakukan secara mandiri dengan dibantu oleh anggota keluarga tanpa melibatkan terapis. dalam beberapa kasus yang agak berat tentu bantuan terapis sangat diperlukan untuk mempercepat proses pemulihan. Alhamdulillah dalam satu bulan ibu sudah dapat kembali beraktivitas seperti biasa dengan catatan tidak melakukan kegiatan 'berat' (bersepeda motor, mengangkat beban berat). Walaupun tidak sepenuhnya pulih seperti sedia kala, kami bersyukur bahwa keputusan ayah untuk sigap dan tidak panik saat ibu terkena serangan stroke ternyata mampu menyelamatkan dan meminimalisir dampak penyakit mematikan ini pada ibu.

No comments:

Post a Comment