Tuesday 16 June 2015

Dorong Investasi Sektor Pangan


Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) ikut turun tangan untuk memperbaiki tata kelola pangan nasional. Dengan mengerahkan 25 ribu anggotanya di daerah-daerah, Hipmi yakin mampu mendorong produksi serta distribusi bahan pangan sehingga bisa menurunkan inflasi.
"Kami ingin sekali membantu sekuat tenaga. Yang bisa kami lakukan saat ini adalah membuat edaran agar para anggota Hipmi di daerah-daerah segera berinvestasi di sektor pangan, mulai dari produksi hingga distribusi" ujar Ketua Badan Otonom Bidang Bisnis, Investasi, dan UKM Badan Pengurus Pusat (BPP) Hipmi Hardini Puspasari (4/6).
Dia menegaskan, Hipmi siap mendukung perbaikan tata kelola pangan nasional yang saat ini infrastrukturnya kurang memadai. kondisi itu membuat harga melonjak pada momen-momen hari besar
Bulan lalu inflasi mencapai 0,5 persen, tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Kaau pemerintah tidak membuat kebijakan yang pas, bulan ini inflasi bisa menggila.
Menurut Dini, panggilan Hardini, perbaikan tata kelola pangan nasional harus dikerjakan oleh seluruh elemen masyarakat. "Bukan hanya pemerintah, tetapi juga kalangan masyarakat dan pengusaha, termasuk pengusaha muda" ungkapnya.
Dengan kemampuan finansial pengusaha, dia berharap pihaknya bisa turut memastikan ketercukupanpasokan bahan makanan di seluruh wilayah. Juga memastikan jalur distribusi yang memadai dan terjangkau sehingga bisa memangkas biaya logistik. "Anggota Hipmi tersebar di seluruh Indonesia. Jadi, itu modal kuat kami untuk ikut membantu mengatasi masalah pangan" paparnya.
ditambahkan, Hipmi akan berperan besar dalam menjaga stabilitas harga komoditas bahan makanan Indonesia. Pihaknya  mendorong setiap pengurus Hipmi di daerah untuk mengembangkan lini bisnis di sektor bahan pangan. "Harapan kami, dalam tiga bulan ke depan, pasokan bahan makanan seperti beras, cabai, ikan, telur, dan ayam ras bisa tercukupi. Kami sedang hitung kebutuhannya," tutur dia.
Bahkan kalau perlu, Hipmi juga menghitung biaya investasi untuk membangun cold storage (lemari pendingin) guna menyimpan bahan pokok yang gampang busuk seperti cabai. "Rasanya tidak masuk akal kalau harga cabai bisa mendongkrak inflasi Mei 2015 seperti laporan BPS. Padahal, cabai bisa tumbuh di banyak daerah Indonesia," sebutnya.
Hipmi mendorong anggotanya untuk mengembangkan komoditas bahan makanan yang menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia. Dengan teknologi pertanian yang tepat, bibit yang unggul, dan modal besar pengusaha, dia yakin bahwa persoalan kurangnya pasokan bahan pangan bisa diatasi.
"Seperti beras yang bisa panen setiap tiga bulan. Kami coba buka peluang bisnis dan investasi di semua komoditas," tambahnya.
Namun, dia menyadari bahwa peningkatan kapasitas produksi komoditas bahan pangan sangat bergantung teknologi dan pupuk yang digunakan petani. Karena itu, Hipmi akan memanfaatkan bantuan pupuk yang disediakan pemerintah untuk menurunkan biaya. "Kami akan bantu untuk mengajukan bantuan pupuk kepada pemerintah," lanjut dia.
Dini menjelaskan, produksi bahan makanan yang besar tentu membutuhkan moda transportasi yang memadai untuk distribusi. Pada bagian itu, Hipmi meminta anggotanya mengembangkan moda transportasi yang berfokus pada kebutuhan distribusi bahan makanan di daerah.

(Jawa Pos, Jum'at 5 Juni 2015)

No comments:

Post a Comment