Tuesday 15 December 2015

Rahasia Kecantikan Kulit Wanita Jepang


Tidak diragukan, wanita Jepang terkenal akan kecantikan kulit yang awet muda. Ternyata rahasia mereka adalah ramuan turun temurun yang memanfaatkan kehebatan alam: beras.

Saat berkaitan dengan peremajaan kulit, beras mempunyai manfaat yang menakjubkan. Sayangnya belum banyak orang yang mengetahui keajaiban yang telah terbukti secara ilmiah ini.

Kandungan yang melimpah dari asam linoleat dan squalene dalam beras merupakan anti-oksidan kuat yang mendorong produksi kolagen yang bermanfaat memperlambat proses munculnya kerutan. 

Berikut adalah resep kuno Jepang yang menggunakan masker beras untuk menghilangkan kerutan dan menghaluskan kulit sehingga kulit nampak sehat dan bersinar.
Bahan: 
  • 3 sendok makan beras
  • 1 sendok madu
  • 1 sendok susu
Cara:
  • rebus beras sampai lunak
  • saat masih hangat campur dengan susu dan madu
  • gunakan sebagai masker
sumber : fhfn.org

Bangga di Grammy Awards


Di tengah ramainya sidang Mahkamah Kehormatan DPR yang memuakkan bagi sebagian kalangan, muncul berita yang menyejukkan. Musisi kita menjadi nomine dalam ajang tahunan Grammy Awards yang dihelat pada 15 Februari 2016. Siapa lagi kalau bukan Joey Alexander, musisi jazz kelahiran Bali.

Tidak tanggung-tanggung, remaja kelahiran 25 Juni 2003 itu masuk dua nominasi sekaligus, Best Improvised Jazz Solo dan Best Jazz Instrumental Album. Tidak perlu mendapat penghargaan, masuk nominasi Grammy Awards saja sudah merupakan kebanggaan yang luar biasa. Meraih penghargaan dari National Academy of Recording Arts and Sciences di Amerika Serikat itu merupakan impian semua musisi dan pemain industri musik di seluruh dunia.

Joey masih berusia 12 tahun. Dia pun belajar komposisi jazz secara otodidak sejak usia 6 tahun. Melihat banyaknya kritikus musik yang memuji dan memberikan apresiasi kepada Joey, rasanya kita boleh berharap banyak, minimal salah satu penghargaan Grammy akan dibawa pulang oleh Joey.
Kita juga boleh berharap dalam beberapa tahun ke depan Joey melambungkan nama Indonesia melalui komposisi-komposisi emasnya yang mendunia. Sudah banyak penyanyi Indonesia yang berusaha go-international bahkan sampai hijrah ke Amerika maupun Eropa, namun tidak pernah mendapat apresiasi sebesar Joey. Ya, Joey adalah musisi Indonesia pertama yang masuk nominasi Grammy Awards.

Seandainya saja peraih penghargaan itu ditentukan melalui SMS seperti ajang adu bakat di televisi kita, tentu Joey lebih berpeluang menang. Stasiun televisi kita kan paling jago melakukan propaganda untuk menggerakkan masyarakat untuk mengirim SMS. Lagi pula, penduduk Indonesia sangat banyak dan pasti dengan senang hati akan mengirimkan dukungan. Jangan berkhayal. Grammy Awards tidak seperti itu. Ada juri-juri pilihan yang dipasrahi menilai para nomine.

Yang bisa kita lakukan adalah berdoa semoga Joey bisa membuat kita semakin bangga dengan meraih Grammy Awards. Tidak perlu lobi-lobi seperti yang terdengar dalam rekaman pembicaraan antara Ketua DPR Setya Novanto dan Maroef Sjamsoeddin serta Muhammad Reza Chalid. Tidak perlu juga ada hastag #papamintagrammy. Maaf, intermeso.

Prestasi yang dicapai Joey itu akan menginspirasi musisi Indonesia untuk berani bersaing dengan para penyanyi dunia. Yang didapatkan Joey bukan keberuntungan. Itu adalah buah ketekunan, bakat, dan tentu saja passion. Jalan Joey di dunia musik masih panjang. Kita tunggu karya-karya dia selanjutnya. Bangga dengan musik Indonesia.

(Kolom Jati Diri Jawa Pos, Rabu 9 Desember 2015)

Thursday 10 December 2015

Gelagat Kemenangan Setnov

Coba kita bertanya: apa sebenarnya jasa besar Setya Novanto (Setnov) buat Republik Indonesia (RI)? Sehingga dia bisa menduduki posisi yang semestinya terhormat di antara para terhormat: ketua DPR RI. Dalam posisi hebat itu pun, dia tidak berhenti "merepotkan" bangsa ini. Kasus yang menyerempet dia sebelumnya dia lewati dengan melenggang lebih perkasa.

Kemarin (7/12) kepada kita juga dipertontonkan betapa "hebat" orang ini. Sidang Mahkamah Kehormatan DPR (MKD) tentang kasus rekaman Freeport tiba-tiba jadi tertutup. Keraguan yang menggelayuti perjalanan sidang MKD seakan terkonfirmasi. Kemenangan penyeru suara keterbukaan terhenti kemarin. DPR (mereka wakil kita, bukan?) tiba-tiba "membanting pintu" di depan pandangan rakyat.

Kita mesti mempersiapkan diri untuk membetah-betahkan melihat sosok Setnov tetap duduk di kursi ketua DPR sampai tuntas 2019. Kita tetap harus membayari gaji dan segenap tunjangan "kehormatan" pria licin ini. Apa pun kesan kita terhadap moral dan etikanya, di tangannya keputusan-keputusan menyangkut nasib kita, rakyat Indonesia, akan banyak diketuk. Kalau dipikir bisa bikin mulas memang.

Sekali lagi, apa saja Setnov sampai kita harus menguras energi untuk mengurus perkara yang dibuat orang ini? Jasa kepada dapilnya, Nusa Tenggara Timur II, pun patut dipertanyakan. Daerah itu tetap jadi wilayah termiskin. Dalam rekaman panjang yang kini dipersoalkan itu, dia juga tak menyebut-nyebut nasib rakyat Indonesia, apalagi dapilnya. Rakyat Papua juga tak disentil. Yang mencuat malah angan membeli jet pribadi.

Ketika MKD tiba-tiba tertutup, tentu saja kita juga patut bertanya bukankah banyak fraksi di sana. Mengapa semuanya seperti menurut saja ketika pintu keterbukaan tersebut ditutup? Mana sikap tegas ketua-ketua partai yang menaungi anggota-anggota DPR di MKD itu?

DPR belum bisa menjadikan momentum besar ini untuk meninggikan derajatnya. Langkah-langkahnya tetap sering melawan akal waras. Dan, menutup sidang MKD yang sebelumnya terbuka, tak bisa diharapkan ini jadi keganjilan terakhir. Logika Setnov, dalam keterangan tertutup itu, bisa saja akan diamini MKD. Intinya, Setnov meminta pengaduan kasus tersebut ditolak dengan berbagai kilah.

Semestinya, untuk kasus segamblang Setnov ini, solusinya sederhana dan tak merepotkan. Yakni, Setnov mundur! Karena gelagat pelanggaran etiknya seterang tengah hari. Itu memang mungkin terjadi di negara maju, yang beretika maju pula. Tapi. mengutip perkataan KH Salahuddin Wahid. "Itu kan di negara maju, Ini kan negara mundur".

(Kolom Jati Diri Jawa Pos, Selasa 8 Desember 2015)

Wednesday 9 December 2015

Bisnis Artisan: Sebuah Oase di Tengah Ketamakan Produk Massal

Pada dasarnya manusia adalah makhluk kreatif. 
Manusia membuat bentuk dari materi atau bahan di mana mereka mewujudkan jati diri mereka ke dalam apa yang mereka buat. 
Dalam masyarakat prakapitalis, manusia menjadi utuh ketika mereka menciptakan barang untuk mereka pakai sendiri atau mereka pertukarkan secara adil 
(Marx, Karl; Economis and Philosophical Manuscript, 1844)


Revolusi industri yang pada awalnya berkembang di Inggris dan menjalar dengan cepat di seluruh Eropa dan seluruh dunia pada akhirnya, telah banyak merubah struktur ekonomi masyarakat. Pada awalnya manusia menciptakan produk untuk sekedar memenuhi kebutuhan atau barter dengan produk lain, menjadi sebuah struktur organisasi yang menciptakan produk massal dengan tujuan mengumpulkan modal (kapital) sebesar-besarnya. Di tengah-tengah kepungan keinginan menumpuk modal tersebut, akhir-akhir ini di Indonesia bermunculan pengusaha yang menekuni bisnis artisan. Apa itu bisnis artisan? Berikut adalah dua artikel yang menginspirasi dari wanitawirausaha.femina.co.id:

Berasal dari bahasa Prancis, artisan berarti seorang pekerja yang sangat ahli di bidangnya dan membuat satu produk dengan tangan. Meski sedang menjadi tren, pebisnis tidak bisa dengan mudah mencantumkan kata ‘artisan’ dalam bisnisnya. Kata ini rupanya memiliki arti yang jauh lebih bermakna dari sekadar ‘handmade’.


Ayu Larasati: Ayu Larasati Ceramics


Ayu membangun Ayu Larasati Ceramics karena ketertarikannya pada unsur keramik saat kuliah di jurusan Industrial Design di Toronto, Kanada. “Saat itu saya harus membuat mangkuk,” ujarnya. Sejak itu ia semakin mendalami bisnis artisan dengan menciptakan beragam produk keramik.

Bagi Ayu, bisnis artisan memiliki arti yang berbeda-beda. “Artisanal craft dengan artisanal food misalnya, memiliki arti yang tidak sama,” jelasnya. “Saya meyakini artisanal craft adalah barang yang memiliki kualitas bagus, dibuat dengan tangan, dan tidak melewati proses pembuatan seperti di pabrik konvensional yang  tiap hari mengirim banyak containers produk.”

Sempat bekerja sebagai product designer  di satu perusahaan di Toronto, Kanada, selama tiga tahun, Ayu selanjutnya semakin mendalami teknik pembuatan keramik dengan mengikuti pelatihan kelas malam. “Dari sini saya menyadari bahwa untuk bisa menguasai pembuatan keramik yang bagus, kita harus membuatnya dengan tangan sendiri.”

Tahun 2013, ia kembali ke Indonesia dan mulai membangun studio sendiri, menyusul suami yang telah lebih dulu mengembangkan bisnis di Tanah Air. “Kebetulan indie artist seperti saya di Jakarta jumlahnya tidak banyak dan dianggap sebagai satu hal yang baru, walaupun sebenarnya tidak,” katanya.

Ayu mengaku produk keramik yang dibuatnya tak jauh berbeda dengan benda-benda keramik yang umumnya dipakai sehari-hari. “Hanya,  pembuatan benda tersebut lebih thoughtful,” tuturnya. “Untuk menciptakan suatu produk, saya memasukkan sebagian dari diri saya pada benda yang saya buat.”
Menurut Ayu, tiap craftsman pun memiliki ‘suara’  atau karakter sendiri. “Saat ini contohnya saya sedang melatih seorang craftsman untuk membantu saya membuat keramik. Saya mentransfer ilmu dengan pendekatan personal,” katanya. Sekalipun ia nanti bisa menguasai teknik yang diajarkan,   menurut Ayu, tentu hasil karya setiap craftsman akan memiliki karakter dan suara sendiri.

Sejauh ini, selain memasarkan produk secara online, Ayu juga mengisi stok di The Good Things In Life dan Dia.Lo.Gue di Jakarta, plus Buro di Bali. “Saya mengerjakan pula banyak custom products, seperti pesanan piring untuk beberapa coffee shop,” jelasnya. Ayu mengaku sangat selektif dalam memilih klien. “Kebanyakan klien di Indonesia suka mendikte perajin dan kami diharapkan mengerjakan sesuai keinginan klien tanpa bisa memberi saran.”

Namun itu bagi Ayu bukan menjadi penghalang melainkan tantangan.

“Jujur saja, bisnis seperti ini sulit untuk besar, but I like to keep it small. Arti sukses kan berbeda untuk  tiap orang,” katanya. “Saya   tidak menilai kesuksesan semata-mata dari segi uang. Seberapa banyak pesanan yang saya ambil tergantung dari kemampuan saya mengerjakannya dengan perasaan senang karena saya juga harus menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan pribadi. Being burn out is the last thing I want to do. Selama saya bisa menggaji staf dan makan dari keuntungan bisnis, bagi saya sudah cukup.”


Talita Setyadi: BEAU


Wanita ini semakin jatuh cinta ke bisnis pastry dan cuisine setelah mengambil sekolah khusus di Paris dan memenangkan lomba di kota tersebut. “Saya berani menamakan makanan saya artisan karena saya bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan-bahan yang ada di dalam  tiap makanan yang saya jual,” tegas Talita Setyadi, pemilik merek Roti dan pastry BEAU.

“Saat kembali ke Indonesia, saya merasa prihatin dengan kualitas roti dan pastry yang dijual di berbagai bakery.,” kenang Talita. Menurutnya, banyak roti dan pastry di Indonesia  memakai pengawet dan pewarna yang berbahaya. “Saya ngeri melihat Rainbow Cake ada di mana-mana, padahal setahu saya untuk menghasilkan pewarna biru harus memakai campuran minyak tanah.”

Sayangnya, kata Talita, BPPOM di sini tidak ketat, sementara konsumen tidak tahu bahwa zat-zat kimiawi dalam makanan bisa menyebabkan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) pada anak-anak. 

Talita sudah tinggal di luar negri sejak usia 9 tahun, wajar jika mengenal betul standar bakery di luar negeri, bahwa semua roti yang dijual hanya bisa bertahan satu hari. “Saya mencoba menerapkan standar tersebut di Jakarta. Saya memulai dengan menggoreng donat sendiri, lalu menjualnya di Common Grounds dengan nama Bombos,” ujarnya. Melalui promosi di media sosial, produk yang ia jual banyak dilirik pembeli.

April 2015, Talita membuka gerai bakery pertamanya di Plaza Indonesia dengan label BEAU. Selang 3 bulan kemudian ia membuka gerai kedua di Grand Indonesia. “Untuk ini, saya harus berinvestasi cukup besar membuat dapur di kawasan Radio Dalam,” katanya.  

Tidak seperti kebanyakan bakery yang membeli bahan dasar roti dalam bentuk beku baru dipanggang sendiri, semua roti dan pastry yang dimasak Talita terbuat dari bahan-bahan mentah. Ini merupakan cara ia mengontrol semua bahan yang digunakan dalam setiap makanan yang ia jual.
 
Talita mengkalim jika semua produk BEAU sama sekali tidak menggunakan zat pewarna atau pengawet. “Setahu saya, BEAU merupakan satu-satunya bakery di Indonesia saat ini yang tidak memakai zat pengembang,” tutur Talita. Semua roti dan pastry dimasak dan dijual pada hari yang sama. “Karena itu, konsumen saya kebanyakan adalah mereka yang pernah tinggal di luar negeri dan cosmopolitan couple yang menyadari pentingnya hidup sehat.”

Tiap pagi ia mensuplai  ke kedua gerai tersebut dan beberapa kafe langganan, seperti Common Grounds dan The Goods Dept dari dapur. "Semua sisa makanan pada hari itu yang tidak laku kami sumbangkan ke panti asuhan," jelas talita. "Tiap malam ada Go-jek yang menjemput sisa makanan dan mengantarkannya ke  salah satu dari delapan panti asuhan yang bekerja sama dengan saya."
    
Tak harus dengan tangan
Banyak yang salah kaprah menganggap bahwa produk artisan harus dibuat dengan tangan, padahal, menurut Talita,  dalam membuat roti tidak mungkin jika tidak menggunakan mixer. “Saya sangat memperhatikan semua produk saya sampai ke sisi ramah lingkungan,” ujar Talita. “Saya tidak memakai margarin karena mengandung palm oil yang penanamannya bisa merusak lingkungan.”

BEAU terus berinovasi menggunakan bahan-bahan lokal. seperti kelapa, asam jawa, ubi ungu, dan jeruk limau yang jarang ditemukan di bakery lain. Ada pula pastry rasa daun pandan, wijen, dan gula jawa yang tidak hanya menghasilkan warna yang cantik, tapi juga rasa yang lebih gurih.

 “Saya justru berharap  makin banyak bakery lokal yang menerapkan standar seperti kami,” tutur Talita. “Kita harus mau meningkatkan standar seperti di luar negeri. Karena bila tidak demikian, Indonesia akan sulit maju.”  
Meeta Fauzan : Label Busana Muslim
Awalnya Meeta hanya mengisi waktu luang saat cuti kuliah karena melahirkan, ketika dia memulai bisnis fashion rumahan. Dia memulainya dengan menerima jahitan dari rekan dan keluarganya. “Usaha jahitan ini kemudian berkembang menjadi butik dengan pakaian yang saya ambil dari Hong Kong,” ungkapnya.

Usaha ini bertahan lama, apalagi Meta juga mendalami fashion design, sehingga pesanan bajunya pun mulai bertambah. Beberapa pelanggannya beranggapan bahwa menjahitkan pakaian di tempat Meeta akan mendapatkan hasil yang terbaik. Begitu pula dengan pakaian yang dijual di butiknya, selalu eksklusif dan tidak dapat ditemukan di butik kebanyakan.

Perubahan itu terjadi ketika Meeta pulang dari ibadah haji, pada tahun 2003. Saat itu ada panggilan kuat dalam dirinya untuk memulai usaha busana muslim. “Saya mulai melihat-lihat model busana muslim yang ada dan meminta penjahit saya untuk membuatnya,” jelas Meeta, tentang sejarah lahirnya label busana muslim Meeta Fauzan.
 
Lambat laun, butik yang tadinya menjual beragam busana kini hanya menjual busana muslim dan perlengkapannya. Sejalan dengan berubahnya arah bisnis, Meeta pun kembali mempelajari lebih dalam tentang busana muslim agar ia bisa lebih mengerti selera pasar dan membuat busana muslim melebihi ekspektasi masyarakat.

Meski di awal memulai bisnis Meeta masih mencari-cari jati diri,  tak butuh waktu lama baginya untuk menemukan pijakan yang tepat, “Saya memilih   membidik pangsa pasar  wanita dewasa, sehingga busana muslim yang saya buat cocok untuk dipakai bekerja atau ke pesta,” jelasnya.
 
Kiprah butik Meeta Fauzan dari Bandung rupanya terdeteksi oleh pencinta fashion, apalagi di tengah perkembangan bisnis modest wear yang kian menggeliat. Meeta kemudian diajak untuk mengikuti beberapa fashion show, baik di dalam maupun di luar negeri. Salah satu prestasi yang pernah dicapainya adalah mengikuti tim INA Goes to Europe, sebuah pameran produk Indonesia di negara Austria, Praha, dan Budapest.
 
Keikutsertaan Meeta di berbagai fashion show tentu saja membawa lonjakan pada permintaan busana muslim rancangannya. Namun, Meeta tetap pada prinsipnya, tidak mau memproduksi busana secara besar-besaran. “Saya ingin busana muslim yang saya jual tidak pasaran, sehingga orang tidak khawatir mendapati orang lain memakai pakaian yang sama,” jelas wanita lulusan Universitas Parahyangan ini. 
Butik Meeta kini menjadi incaran para wanita  yang ingin tampil modis dengan busana muslim, baik ke pesta ataupun ke kantor. Banyak yang beranggapan bahwa busana rancangan Meeta termasuk premium, meski Meeta sebetulnya tidak memosisikan dirinya sebagai desainer dengan produk premium.
 

Thursday 3 December 2015

Garis Nazca: Landasan Vimana



Bagaimana jika di masa lampau garis Nazca digunakan sebagai landasan terbang Vimana?

Sejak garis Nazca dengan garis-garis dramatisnya yang misterius ditemukan, banyak orang menduga untuk apa sebenarnya garis itu dibuat? Apakah gambar raksasa ini dibuat agar bisa dilihat dari angkasa? Apakah merupakan duplikat konstelasi bintang di langit? Apa yang coba disampaikan untuk generasi mendatang (saat ini)? Atau hanya sebuah karya seni kuno? Jika memang demikian, mengapa karya itu tidak dapat dinikmati dari darat?

Beberapa waktu yang lalu, Prof. Masato Sakai, seorang arkeolog ahli dalam Andean yang telah meneliti garis Nazca selama sepuluh tahun lebih, memperkirakan bahwa sekitar seribu garis Nazca menunjukkan fasilitasi terhadap komunikasi dan hubungan di antara penduduk lokal. Menurut teori Prof. Sakai, garis Nazca dibuat pada periode 2000 sampai 400 SM.

Meskipun teori yang dikemukakan sangat menarik, namun gagal menjelaskan tujuan dibuatnya garis geometri yang seakan mirip dengan landasan pacu pesawat terbang modern.

Lalu mengapa teori landasan pacu banyak diragukan? Pertama, karena hal itu bertolak belakang dengan catatan sejaran selama ratusan tahun terakhir. Penduduk asli Amerika, Asia, dan Afrika cenderung primitif sehingga ide landasan pacu sangat konyol bagi pengetahuan sejarah dan arkeologi umum.

Sayangnya pengetahuan ilmiah seringkali mentah saat dihadapkan pada situs-situs misterius semacam Garis Nazca, Puma Punku, Tiahuanaco,Teotihuacan, dan situs sejenis lainnya. Hanya karena para ahli secara umum menyatakan tidak mungkin, bukan berarti itu merupakan suatu kebenaran. 

Pertanyaan pentingnya adalah, jika memang garis Nazca adalah murni seni purba atau sekedar cara berkomunikasi, lalu mengapa terdapat anomali magnetis di sekitarnya? Penelitian oleh tim dari Universitas Dresden mencatat beberapa perbedaan gelombang magnet pada garis-garis Nazca. Tes kelistrikan menemukan adanya gelombang elektro 8000 kali lebih besar di atas garis daripada di area sekitarnya. Diperkirakan 8 kaki di bawah garis Nazca terdapat anomali magnetis yang belum diketahui penyebabnya. 




Misteri Vimana 

Beberapa teks kuno, kebanyakan dari India, menyebutkan tentang Vimana, yang diinterpretasikan sebagai kendaraan Dewa yang datang ke bumi. Mesin terbang yang menakjubkan ini dinyatakan mampu melintasi semesta dalam waktu yang sangat singkat dari planet ke planet. 

"Sesuatu yang mampu melintasi tanah, air, dan udara, dengan kekuatan seperti burung, itulah Vimana" (Aachaarya Naaraayana)

"Para ahli udara menyatakan: sesuatu yang mampu terbang melintasi udara, itulah Vimana" (Shankha)

"Para ahli menyatakan sesuatu yang melintasi udara dari satu tempat ke tempat lain, dari satu pula ke pulau lain, dari satu dunia ke dunia lain, adalah Vimana" (Vishwambhara)

Teks teknologi penerbangan berbahasa Sansekerta pada awal abad ke-20, Vaimanika Sastra, bahwa Vimana yang banyak disebut dalam teks kuno Sansekerta adalah kendaraan terbang tingkat lanjut yang mampu melintasi luar angkasa dengan teknologi jet sebagai pendorong. 

Berbagai silang pendapat tentang kebenaran teks ini terus menjadi perdebatan, namun bagaimana jika landasan raksasa yang berada di Peru adalah tanda navigasi bagi pesawat kuno seperti Vimana? Bagaimana jika "Dewa-dewa" menggunakan garis ini sebagai panduan jarak jauh untuk mengunjungi orang-orang di Peru? dan bagaimana jika penduduk lampau menciptakan figur semacam Astronot Nazca untuk menghormati "Dewa-dewa" yang datang dari atas?

Menariknya, berdasarkan legenda lokal, dewa dalam mitologi Inca yang misterius, Viracocha, sendirilah yang membuat garis Nazca. Viracocha dianggap sebagai dewa pencipta yang seringkali diasosiasikan dengan laut.

Beberapa bagian dari garis Nazca memiliki desain yang menakjubkan berupa segitiga dengan akurasi tinggi. Beberapa segitiga seperti dibuat dengan tekanan kuat sedalam 30 inci ke dalam tanah. Apakah bangsa Nazca yang melakukannya? Dengan kaki? Bagaimana cara membuat segitiga sempurna sedalam 6 mil ke dalam tanah? Entahlah

sumber: ewao.com