Wirausaha
telah mengalami transformasi dari pilihan kedua setelah menjadi
pekerja, menjadi profesi idaman bagi kebanyakan penduduk Indonesia.
Kebebasan waktu dan kebebasan berekspresi dalam bisnis menjadi sasaran
utama tidak hanya bagi kalangan usia produktif, tetapi juga pelajar dan
penduduk usia lanjut, sebagaimana dikutip dari situs www.suarapengusaha.com berikut:
Inspirasi membuka usaha bisa dari mana saja. Peluang itu ditangkap Kenny
Kurniawan (14) dan Kevin (14), yang mengawali bisnis patungan membuat
keripik siput (bekicot). Ide ini ia dapat ketika mengikuti kegiatan di
sekolahnya, SMP Anugerah Pekerti, Surabaya. Kala itu, guru mata
pelajaran Etika Lingkungan, Bangun Pratomo, meminta Kenny dan Kevin
untuk mencari tahu soal siput. Ketika tugas kelar, Bangun membuka
pikiran Kenny dan Kevin bahwa binatang siput memiliki khasiat yang
sangat tinggi dan baik untuk kesehatan. Masukan gurunya semakin membuat
rasa ingin tahu Kenny dan Kevin semakin besar soal manfaat siput.
Keduanya memutuskan mencari manfaat lain dari siput di dunia maya.
Setelah mendapat pengetahuan yang cukup, mereka yakin usaha siput cukup
menjanjikan. “Kita berpikir, olahan siput belum banyak orang lakukan.
Akhirnya kita memutuskan bisnis olahan siput yang sangat menguntungkan.
Apalagi dari segi pesaing sedikit sekali,” ujar Kenny Kurniawan, manajer
produksi Sipoet Zoen. Usaha bersama yang dirintis Kenny dan Kevin
dimulai pertengahan 2011. Sebelum memutuskan untuk menjadikan keripik
berbahan baku siput, muncul diskusi di antara mereka. Setelah
pikir-pikir, mereka memutuskan siput dibuat keripik sekaligus cemilan
menyehatkan. Dengan sabar, mereka berbagi tugas. Kevin dalam usaha ini
bertugas sebagai juru masak. Ia mengaku suka sekali memasak karena besar
di lingkungan keluarga yang dominan kaum hawa. Di lingkungan ini, Kevin
ikut-ikutan belajar masak. Kemampuannya memasak menjadi modal Kevin.
Mengawali proses usaha ini bagi Kevin dan Kenny cukup mengasyikkan.
Mereka sampai harus mencari tahu di mana mendapatkan bahan baku siput,
cara mengolah, sampai memberikan cita rasa untuk siput. Karena tak
mungkin mencari sendiri bahan baku siput, keduanya memutuskan untuk
membeli siput yang dioven setengah matang. “Untuk mengolah siput jadi
keripik, harus dikeringkan. Kita memutuskan membeli siput yang setengah
matang dioven. Lalu kita goreng sendiri dan langsung dikasih bumbu.
Urusan masak memasak langsung saya yang menanganinya. Kalau Kenny pegang
marketing,” terang Kevin. Keripik siput pertama olahan Kevin dibuat
tanpa bumbu dan masih mempertahankan rasa orisinal. Keduanya memulai
pemasaran dengan membawa keripik rasa orisinal ke sekolah. Mereka berdua
meminta teman-teman dan guru untuk merasakan keripiki siput rasa
orisinal. Hasilnya, kebanyakan yang merasakan keripik siput orisinal
produksi Kevin dan Kenny belum menerima. Keduanya tak putus asa. Justru
dari teman-temannya di sekolah, mereka mendapatkan masukan. Tak sedikit
dari teman-teman sekolahnya yang mengusulkan diberi bumbu keju biar ada
rasanya. Seusai sekolah, Kevin dan Kenny memutar otak. Mereka sepakat
olahan keripik siput harus diberi bumbu. Ide menaburkan bumbu keju
masukan dari teman-teman di sekolah ditampik Kevin. Menurutnya, siput
sudah memiliki cita rasa tersendiri. Tapi, bumbu rasa keju tidak pas
untuk siput. Kenny langsung mengeluarkan ide, bagaimana jika siput
diberi bumbu pedas. Ide ini lalu diterapkan Kevin dan hasilnya diterima
banyak orang. Apalagi, teman-teman di sekolahnya suka dengan yang
pedas-pedas. Muncullah ide untuk menamakan keripik siput pedas dengan
keripik siput balado. Setelah keripik siput balado banyak peminatnya,
sebagai juru masak, Kevin melakukan eksperimen dengan mengolah keripik
siputnya dengan rasa barbeque dan rasa lada hitam. Kevin dan Kenny puas
setelah keripik mereka ternyata digemari adik kelasnya dan menjadi
cemilan paling dicari di sekolahnya. Mereka ingin Usahanya diekspor
Usaha Kevin dan Kenny yang usahanya bermodalkan awal Rp 1,5 juta menjadi
tak sia-sia. Ketika ada ajang Kidpreneur Award 2012 yang digagas Berani
Magz dengan sponsor Permata Bank, keduanya lolos sebagai satu dari 10
tim finalis dari peserta di seluruh Indonesia sebanyak 250 tim.
Kegembiraan mereka makin lengkap setelah dewan juri memutuskan tim
Keripik Siput sebagai juara kedua dan mendapat uang tunai Rp 10 juta.
Bukan itu saja, tim Keripik Siput juga menjadi juara favorit versi
Facebook dengan memperoleh hasil polling tertinggi. Untuk juara favorit,
mereka mendapat Rp 1 juta. Menurut panitia, penilaian mereka untuk
gelar ini ditentukan dari berapa banyak orang yang mengklik tombol
“Like” di foto para finalis. Hingga polling ditutup, sebanyak 1.415
orang telah memilih tim Kripik Siput ini. “Waktu itu kita berpikir
juaranya cuma sekali, juara favorit,” ungkap Kevin. Salah satu nilai
lebih tim ini, menurut salah satu dewan juri, adalah kemampuan mereka
memaparkan produknya di depan khalayak umum. Mereka terlihat komunikatif
dan luwes memasarkan produknya. Ditambah, mereka terlihat percaya diri
tanpa canggung sedikit pun. Selama menjalani usaha keripik siput, Kevin
dan Kenny mengaku tidak kesulitan untuk pemasarannya. Mereka berdua
menerapkan strategi lips marketing, pemasaran dari mulut ke mulut.
Hasilnya luar biasa. Keripik yang mereka titipkan di kantin sekolah
banyak digemari teman-teman. Menurut Kenny, modal pertama sebesar Rp 1,5
juta sudah kembali. Modal itu awalnya dipinjam dari orangtua Kevin dan
Kenny. Masing-masing patungan Rp 750.000. Untuk mengirit ongkos
produksi, pertama kali mereka masih menggunakan kompor dan penggorengan
milik orangtua mereka. “Tapi sekarang modal yang kita pinjam sudah kita
kembalikan kepada orangtua kita. Karena maju, kita juga sudah memiliki
sendiri peralatan produksi, seperti kompor, penggorengan, sampai untuk
packing produk,” terang Kenny sambil menambahkan bahwa usaha patungan
ini mendapat dukungan keluarga. Lewat usahanya, Kevin dan Kenny sudah
membangun harapan bahwa produk keripik siputnya kelak dapat diekspor.
Modal untuk itu terbuka setelah keduanya mendapat pengalaman berharga
kala karantina di ajang Kidpreneur Award 2012. “Kan kita sudah dapat
masukan dari kakak-kakak pengusaha,” terang Kenny.
Presiden Direktur Berani Magz, H Witdarmono, menilai
anak-anak yang menjadi finalis Kidpreneur Award 2012 sudah mengenal
uang, tetapi tidak untuk menjadi materialistis. Pelajaran terpenting
yang bisa diambil bahwa mereka tahu perencanaan untuk berwiraswasta.
“Mereka berani mengambil risiko dan mereka ingin menjadi besar sekaligus
berjiwa sosial,” ungkapnya. (SPC-20/Tribunnews) - See more at:
http://suarapengusaha.com/2012/09/18/anak-smp-sudah-punya-bisnis/#sthash.Pgtsk5Gq.dpuf