Di masa kini, dalam memberi suguhan untuk tamu saat lebaran,
orang lebih memilih yang praktis-praktis. Beberapa tahun belakangan, penjualan
minuman kemasan ( terutama teh dan sari buah) mengalami peningkatan penjualan yang
siginifikan menjelang hari raya Idul Fitri. Tradisi umat muslim Indonesia yang
saling bersilaturahmi dengan keluarga, tetangga, dan kerabat saat lebaran
menjadi pangsa pasar empuk bagi produsen minuman kemasan untuk menggenjot omset
mereka.
Namun demikian keluarga saya tidak mengikuti tren tersebut.
Suami melarang saya menyuguhkan minuman kemasan yang tinggal coblos dengan
pipet untuk meminumnya. Alasannya: kurang menghargai tamu (kurang relevan ya
alasannya he2). Suami menginginkan setiap ada tamu yang datang ke rumah
disediakan kopi hitam panas atau teh hangat sebagai pendamping kue-kue khas
lebaran. Meski membutuhkan waktu lebih lama untuk menyiapkan suguhan minuman
itu, suami merasa dengan menyuguhkan ‘minuman bukan instan’, kita lebih
menghargai tamu yang datang. Sekalian sambil ngobrol agak lama katanya, biar
tidak hanya datang, salaman, lalu pulang.
Kopinya pun hanya mau kopi hitam, tanpa tambahan campuran
lain selain gula. Jadi, setiap mendekati lebaran, saya memperbanyak stok kopi
hitam, teh celup, dan gula. Tambahan lagi ketersediaan bahan bakar gas untuk
menjerang air (harus air mendidih lho,
biar perut tidak kembung, pesan suami). Dan tambahan lagi menyediakan sabun
cuci cair ekstra untuk mencuci gelas dan
tatakan suguhan ^_^.
Kopi hitam yang disediakan pun dari berbagai jenis kopi;
kopi giling curah dari pasar, kopi giling campur gula merah yang diberi teman,
kopi murni oleh-oleh dari adik ipar yang bekerja di Flores, dan tentu yang
menjadi favorit adalah kopi NESCAFE, kopi murni praktis yang terjaga kebersihan
dan aromanya.
Karena sudah terbiasa, saya jadi tidak merasa repot dengan
segala permintaan suami. Bahkan saya jadi ikut merasa bahwa sajian minum saat
lebaran yang tepat memang demikian.
Lebih akrab dan lebih menegaskan keramah tamahan dalam menyambut tamu.
Inilah salah satu bentuk kebanggaan saya sebagai bangsa Indonesia. Kopi panas atau teh hangat.
Tentu masih banyak jenis minuman tradisional lain di seluruh
pelosok nusantara yang mampu menegaskan bahwa kita bangsa yang ramah, berpikiran terbuka, namun tetap menjunjung tinggi cita rasa lokal. Namun menurut saya kopi
dan teh adalah bahasa yang universal, yang dapat dimengerti oleh setiap tamu
yang datang ke rumah kita.
Sejak masa penjajahan belanda, Indonesia dikenal
sebagai salah satu penghasil kopi
terbesar di dunia. Data dari Kementerian Pertanian menyebutkan bahwa saat ini
Indonesia menempati peringkat keempat dunia sebagai negara penghasil kopi dan
pemasok kopi dunia. Negara-negara Eropa dan Skandinavia sangat menggemari kopi
produksi Indonesia, mulai dari Kopi Luwak, Kopi Gayo, Kopi Liwa, Kopi Arang
Jember (Java Jampit), sampai Kopi Toraja.
Indonesia patut berbangga dengan keanekaragaman jenis kopi yang dapat
tumbuh subur di nusantara. Kopi terbukti sebagai produk agribisnis yang mempunyai
potensi besar untuk dikembangkan dalam skala ekspor yang lebih besar sehingga
mampu meningkatkan perekonomian seluruh pelaku usaha kopi (dari petani,
produsen pengolah, pedagang, sampai PKL
warung kopi).
Sangat menyenangkan apabila kopi dapat menjadi sarana
menjalin tali persaudaraan, teman ngobrol yang asyik, serta identitas
kebanggaan lokal yang mendunia.
No comments:
Post a Comment