(foto: shutterstock)
Sudah 70 tahun Indonesia merdeka. Usia yang sudah renta sebenarnya.
Namun rakyat Indonesia yang bisa disebut merdeka secara finansial,
ternyata masih terbilang minim. Bahkan, masyarakat kelas menengah pun
masih banyak yang belum sampai pada tahap itu. Boro-boro meraih
kemerdekaan finansial, sebagian besar belum paham arti kemerdekaan
finansial.
Apa yang dimaksud kemerdekaan finansial?
Menurut Eko Endarto, perencana keuangan Financia Consulting
kemerdekaan finansial adalah ketika seseorang mencapai tujuan keuangan,
yang mencakup setidaknya tiga tujuan yakni dana pendidikan anak, dana
pensiun, dan proteksi terlindungi melalui asuransi.
Jadi, saat mereka memerlukan dana untuk keperluan tadi, keuangan
mereka secara keseluruhan tidak terganggu. Maka, “Kemerdekaan finansial
itu bukan berarti punya uang yang banyak,” tegas Eko.
Eko mengatakan bahwa kemerdekaan finansial bukan berarti ketiga
tujuan keuangan tadi, secara nominal, sudah tercapai. “Masih setor
dananya secara rutin itu juga sudah bisa dibilang sudah merdeka
finansial,” ujarnya.
Menurut Eko Pratomo, penulis buku Finansial Wisdom
pengertian kemerdekaan finansial seringkali diartikan secara kurang
tepat. Ada yang berpendapat bahwa kemerdekaan finansial adalah suatu
kondisi di mana seseorang sudah punya aset yang memberikan pasive income
atau punya kelebihan pendapatan. “Istilah yang tepat, menurut saya,
kemandirian finansial,” kata Eko Pratomo. Sesuai dengan hukum Pareto,
maka baru sekitar 20 persen masyarakat yang mencapai kemandirian
finansial, sedangkan sisanya belum.
Sejauh ini, menurut Eko Pratomo, sebagian besar masyarakat belum
sadar bahwa ada kebutuhan di masa depan yang harus disiapkan jauh-jauh
hari. “Anak sudah kelas 2 SMA baru kelabakan menyiapkan biaya masuk
kuliah, padahal seharusnya sejak anaknya lahir harus sudah disiapkan
dana pendidikannya,” jelasnya.
Di antara sebagian kecil masyarakat yang sadar terhadap kebutuhan di
masa depan adalah L.Dewi, seorang dokter gigi spesialis yang memiliki
klinik sendiri di Yogyakarta. Dokter gigi ini menuturkan sejak anak
pertamanya lahir tahun 2009 ia langsung menyiapkan dana pendidikan
melalui produk asuransi pendidikan. “Waktu itu setoran preminya Rp
100.000 per bulan dan tahun depan sudah selesai 17 tahun akan cair
dananya,” jelas ibu dua orang putri ini.
Sejak melepaskan status PNS, Dewi sadar harus siap menghadapi aneka
risiko finansial. Karena itu, ia memiliki dana darurat di deposito
berjangka 1 bulan agar mudah dicairkan jika dibutuhkan. Selain itu Dewi
juga memiliki proteksi asuransi jiwa dan kesehatan. Kini ia merasa
sudah mencicipi kemerdekaan finansial. “Kalau saya lebih karena merasa
butuh, jadi harus bisa menyisihkan secara rutin,” jelasnya.
Lain halnya dengan yang dialami oleh Pitoyo. Pegawai bank yang
tinggal di Jakarta ini mengaku terlambat dalam menyiapkan kemandirian
finansial. “Saya baru sadar itu saat anak pertama masuk sekolah dasar
dengan membuat asuransi pendidikan, padahal seharusnya sejak lahir sudah
disiapkan,” kata ayah tiga anak ini.
Makanya, saat anak kedua dan ketiga lahir, ia lantas menyiapkan
tabungan pendidikan. Sedang dana darurat ia memilih menempatkan dalam
bentuk tabungan. “Dana darurat ini sangat penting dan terasa sekali
kebutuhannya saat jumlah anak bertambah,’jelasnya. Dalam waktu dekat ia
memilih investasi properti dengan alasan lebih mudah dilihat hasilnya.
Hal penting yang harus disadari dalam menuju kemerdekaan finansial
adalah punya pola hidup sesuai dengan besarnya gaji atau penghasilan,
sehingga pengeluaran bisa diatur lebih kecil ketimbang penghasilan.
“Jangan sampai misalnya gaji Rp 10 juta terus dihabiskan. Setidaknya
belanjakan hanya Rp 7 juta,” jelas Eko Pratomo.Sisanya, tentu saja untuk
mengangsur kebutuhan masa depan yang harus terpenuhi dengan cara
disiapkan jauh-jauh hari pendanaannya.
Tetap konsisten
Apakah Anda ingin mewujudkan kemerdekaan finansial? Agar cita-cita ini bisa dicapai, maka Anda harus disiplin dalam setiap langkah. Secara garis besar ada tujuh langkah yang harus ditempuh dalam meraih kemerdekaan finansial.
1. Identifikasi aset
Langkah ini penting dilakukan untuk mengetahui mana aset yang produktif dan yang kurang produktif. Aset produktif, seperti rumah yang bisa disewakan, tentu bisa menjadi pasive income. Sedang aset yang kurang produktif perlu Anda pikirkan solusinya, agar bisa ditingkatkan menjadi produktif ataukah justru lebih efisien jika dijual. Namun, menurut Eko Endarto, aset ini tidak terlau berpengaruh dibanding utang.
2. Melunasi Utang
Jika Anda memiliki utang konsumtif seperti utang kartu kredit, maka langkah utama sebelum ke langkah selanjutnya adalah melunasi utang terlebih dahulu. Ingat bunga kartu kredit sangat tinggi dan jangan sampai Anda hanya mampu membayar sebatas cicilan minimum. Gunakan kartu kredit sebagai alat pembayaran dan mampu Anda bayar lunas saat tagihan datang di bulan berikutnya. Jangan sekali-kali Anda berpikir bahwa kartu kredit adalah tambahan dana tunai. Risikonya Anda bisa terjebak dalam jeratan tagihan.
Jika Anda memiliki utang seperti KPR maka disarankan total cicilan
tidak lebih dari 30% hingga 40 persen dari penghasilan. “Kalau total
cicilan sudah di atas 40% penghasilan, maka bisa dipastikan keuangan
tidak nyaman karena belum bisa menyisihkan untuk dana pendidikan anak
dan dana pensiun.
3. Antisipasi risiko
Sebelum berinvestasi, harap diingat bahwa seluruh hasil investasi bisa sia-sia jika Anda tidak punya proteksi berupa asuransi baik jiwa maupun kesehatan. Eko Endarto menyarankan untuk mengasuransikan terkait prioritas, utamanya adalah pihak dengan tanggungjawab keuangan besar, bisa suami atau istri atau keduanya jika sama-sama bekerja.
Nah, jika Anda berhubungan dengan agen asuransi yang memberikan
ilustrasi proposal produk asuransi, jangan langsung terpaku pada
ilustrasi tersebut. Anda yang lebih tahu kebutuhan proteksi yang Anda
perlukan.
Ada tip dari Eko yang bisa juga Anda jadikan pedoman dalam mengukur
nilai uang pertanggungan yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Uang
pertanggungan untuk asuransi jiwa setidaknya sebesar 50 kali pengeluaran
bulanan Anda. Uang pertanggungan yang ideal adalah 100 kali pengeluaran
bulanan Anda.
Asuransi jiwa dibutuhkan untuk kedua orangtua atau setidaknya yang
memiliki tanggung jawab keuangan keluarga. Sedang asuransi kesehatan
wajib dimiliki seluruh anggota keluarga. Jika Anda ingin setoran premi
yang hemat, pilihlah produk asuransi yang dengan satu setoran premi
tetapi sudah mencakup asuransi kesehatan untuk suami-istri dan
anak-anak.
Sejak program BPJS Kesehatan diluncurkan pemerintah, hampir sebagian
besar perusahaan asuransi mengeluarkan produk baru yang menarik untuk
Anda pilih secara cermat.
4. Siapkan dana darurat
Dana darurat adalah dana yang disiapkan untuk hal-hal yang tidak diinginkan atau bila ada kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi. Berapakah besaran dana darurat dan sebaiknya disimpan di manakah dana darurat tersebut?
Eko Endarto menyarankan besaran dana darurat minimal adalah 3 kali
pengeluaran bulanan. Penempatan dana bisa pada tabungan sebesar 1 kali
pengeluaran dan deposito sebesar 2 kali pengeluaran bulanan. Namun jika
Anda mampu menyisihkan dana darurat sesuai angka ideal yakni 6 kali
pengeluaran bulanan, maka penempatan dana darurat bisa Anda sebar ke
tiga atau empat jenis produk keuangan dengan komposisi tabungan 1 kali
pengeluaran bulanan, deposito 2 kali, emas atau reksadana pendapatan
tetap 3 kali.
Yang patut diingat, jika dana darurat Anda pakai, misalnya guna
menambah biaya rumah sakit karena melebihi limit asuransi, maka Anda
harus memulai mengumpulkan dana darurat secara bertahap hingga terkumpul
jumlah dana semula.
Setiyo Wiwoho, Group Head Consumer Banking Bank Mandiri bilang
penempatan dana darurat sebaiknya diatur dengan komposisi 30 persen
dalam bentuk tabungan dan sisanya ke deposito berjangka 1 bulan.
“Deposito harus ambil yang 1 bulan supaya tidak kena penalti sebesar 0,5
persen, jadi lebih likuid jika hendak ditarik,” ujarnya.
Bunga tabungan saat ini berkisar 0 persen hingga 2 persen. Sedang
bunga deposito berkisar 5 persen hingga 7,75 persen. Pilihan penempatan
dana darurat lainnya adalah reksadana pasar uang, pencairan dana perlu
waktu H+1.
5. Tetapkan tujuan
Kemerdekaan finansial akan bisa Anda raih dan rasakan saat semua tujuan keuangan Anda tercapai.
Setiap orang tentu memiliki tujuan keuangan sendiri-sendiri sesuai
skala prioritas. Anda yang berstatus lajang tentu punya tujuan keuangan
berbeda dengan orang yang sudah berkeluarga. Orang yang berkeluarga juga
punya jumlah tanggungan yang berbeda-beda. Saat ini, ada sebagai
masyarakat yang sering disebut generasi sandwich yakni mereka yang punya
tanggungan anak sekaligus harus membantu orangtua dan mertua. Nah,
generasi inilah yang memiliki tanggungan paling besar.
Tujuan-tujuan keuangan seperti dana pendidikan, dana pensiun, membeli
rumah harus dijabarkan lebih lanjut dan mendetail, misalnya berapa
keperluan dananya dan kapan harus terkumpul.
Lalu mengancik langkah berikutnya bagaimana mencapai tujuan keuangan
tersebut. Caranya adalah menghitung berapa lama waktu yang tersedia
untuk pengumpulan dana, berapa yang harus disisihkan setiap bula.
Lantas, sebaiknya ditempatkan pada produk investasi apa agar hasilnya
bisa memenuhi target.
Salah satu strategi yang disarankan Eko Pratomo agar setiap keluarga
mampu mencapai tujuan keuangan adalah membuat akuntansi di rumah alias
budgeting. Anda harus bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan
agar mampu menentukan skala prioritas.
Selain itu Anda perlu membekali diri dengan pengetahuan finansial agar tidak salah strategi ataupun salah menempatkan dana.
6. Pilih instrumen investasi
Perkembangan instrumen investasi terus terjadi. Jangan sampai Anda ketinggalan informasi jika hendak meraih kemerdekaan finansial.
Tapi, jangan juga terjebak investasi bodong karena tergiur
iming-iming imbal hasil tinggi. “Jangan berinvestasi pada produk yang
Anda tidak kenal,” ujar Michael Tjoajadi, Direktur PT Schroder Invesment
Management Indonesia. Bahkan, Michael juga menyarankan, Anda harus
benar-benar mengenal profil emiten, jika ingin berinvestasi di pasar
modal. Kalau tidak, sebaiknya Anda berinvestasi lewat reksadana saham.
Memilih instrumen investasi memang harus disesuaikan dengan profil
risiko Anda sebagai investor. Ada tiga jenis investor yakni konservatif,
moderat dan agresif.
Nah, tergolong tipe investor apakah Anda? Jika Anda masih terbilang
konservatif, maka sebaiknya memilih instrumen investasi dengan tingkat
risiko paling kecil. Namun konsekuensinya adalah imbal hasil investasi
yang bakal Anda peroleh juga lebih kecil ketimbang portofolio investasi
lain.
Sebaliknya jika masih berusia muda dan terhitung investor agresif,
maka Anda bisa memilih instrumen dengan tingkat risiko tinggi, tetapi
memberikan imbal hasil investasi yang juga tinggi, seperti saham atau
reksadana saham.
Dalam memilih instrumen investasi jika sudah memiliki pengetahuan
finansial yang cukup, misal informasi dari buku, koran, internet, maka
Anda bisa melakukan sendiri pemilihan instrumen investasi baik jenis
investasinya maupun pemilihan produknya.
Namun jika Anda masih ragu terhadap kemampuan dan pengetahuan
terhadap produk investasi, Anda dapat menggunakan jasa perencana
keuangan untuk membantu dalam memilih produk investasi yang tepat sesuai
profil dan risiko yang berani Anda tanggung.
Ingat prinsip berinvestasi pasti semua ada risikonya. Hal yang bisa
Anda lakukan adalah bagaimana meminimalkan dan menghadapi risiko
tersebut.
Anda bisa menyisihkan dana investasi secara bertahap, atau menjajal
portofolio sesuai pilihan. Nanti, seiring dengan pengalaman
berinvestasi, maka intuisi Anda sebagai investor akan terlatih.
7. Berinvestasi
Langkah ketujuh inilah yang menjadi penentu Anda dalam meraih kemerdekaan finansial. Aksi Anda berinvestasi secara tepat akan menentukan berapa lama waktu yang Anda butuhkan hingga sampai di titik kemerdekaan finansial.
Kuncinya, menurut sumber-sumber Kontan, jangan mudah panik
saat situasi ekonomi agak memburuk seperti sekarang. Lakukan investasi
secara rutin dan konsisten sampai tujuan keuangan Anda tercapai.
Selain itu, ingatlah pepatah jangan menaruh telur dalam satu keranjang. Selamat berinvestasi.
(sumber: kompas.com)
No comments:
Post a Comment