Dalam bisnis, kreativitas adalah sebuah keharusan. Semua lini manajemen memerlukan terobosan-terobosan yang dapat memberikan andil bagi kemajuan bisnis. Ada sebuah cerita menarik di balik menjamurnya 'warung' masakan padang modern yang ternyata menyimpan bebagai inovasi yang dapat menjadi referensi bisnis anda, salah satunya kisah Restoran Suntiang sebagaimana dikutip dari www.wanitawirausaha.com berikut.
Dalam budaya Minang, suntiang merupakan mahkota yang dikenakan oleh mempelai wanita di pesta pernikahan. Suntiang ini memiliki filosofi adanya perkawinan. Filosofi inilah yang digunakan Reza Pradikta untuk membangun Restoran Suntiang, restoran Padang modern, bersama Gemala Rinaldi (istri) dan Puti Longgeni (adik ipar), pada tahun 2013 lalu.
Menurut
Reza, ide mengawinkan masakan Minang dan Jepang ini muncul ketika
dirinya mengamati banyak warga Jakarta yang gemar masakan Jepang.
“Perhatikan saja, rata-rata restoran yang menyajikan menu masakan Jepang
selalu terisi penuh,” ujarnya. Di sisi lain, masyarakat Jakarta juga
sudah akrab dengan masakan Padang. “Dari situlah muncul ide untuk
mengumpulkan penggemar kuliner Jepang dan Padang. Apalagi, kami juga
sama-sama keturunan Padang.”
Sejak pertama kali berdiri, Reza sudah menerapkan strategi matang untuk
bisnis restonya ini. Suntiang hadir di mal dengan alasan agar dekat
dengan target konsumen yang merupakan kalangan kelas menengah ke atas.
Konsep restorannya juga lebih modern dan nyaman. “Semua menu di
Suntiang, dasarnya tetap masakan Padang, namun dipresentasikan dengan
teknik penyajian ala Jepang,” ujar Reza.
Salah satu menu andalan Suntiang, Rendang Roll, merupakan sushi dengan isi daging rendang dan baluran saus mayo. Ada juga Beef Enoki Saus Balado, yaitu grilled rolled beef campuran jamur enoki Jepang dengan siraman mayones rasa balado. “Kami juga memiliki Ramen Cabe Hijau, yaitu ramen dengan kuah campuran cabai hijau khas masakan Padang. Untuk appetizer, Suntiang memiliki Edamamme Balado, kedelai Jepang dengan baluran bumbu balado,” jelas Reza.
Untuk menciptakan suasana restoran Jepang, dihadirkan sushi bar
dan memasang lagu-lagu Minang untuk mendekatkan konsumen dengan akar
budaya Minang. Keunikan inilah yang membuat Suntiang berbeda dari
restoran Padang modern yang belakangan ini marak.
Meski secara konsep berbeda dengan restoran Padang modern lainnya,
Suntiang tetap menghadapi tantangan. Yaitu bagaimana menjaga agar cita
rasa masakan khas Padang tetap terasa di lidah konsumen, meski
tampilannya ala masakan Jepang. “Kami bersama-sama dengan para chef banyak melakukan uji coba menu,” tutur Reza.
Selain hadir lewat konsep restoran modern di Setiabudi One dan Grand
Indonesia, Suntiang juga hadir dengan konsep Suntiang Express di Mal
Ambassador. Kehadiran Suntiang Express ini untuk menjaring konsumen
kelas menengah ke bawah, karena itu kami hadir di foodcourt dengan harga yang lebih rendah.
No comments:
Post a Comment