Monday 9 June 2014

Ibu Rumah Tangga Pun Bisa Menjadi Pengusaha

Dalam dunia yang serba terhubung di era internet ini, kesempatan berusaha menjadi mungkin bagi setiap orang. Jika dahulu ibu bekerja identik dengan meninggalkan anak dan keluarga dalam waktu yang relatif lama, saat ini profesi pengusaha bisa dijalani tanpa meninggalkan kewajiban mengurus rumah tangga melalui media online. Seperti kisah Rizki Rahmadianti, seorang womenpreneur dari Surabaya yang sukses mengembangkan 3 bisnisnya dengan tetap menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Berikut tips Rizki bisa menjalani kedua profesi tersebut sebagaimana  dikutip dari situs www.studentpreneur.co:

# Jangan Menyerah
Memperkenalkan produk ke pelanggan (dalam hal ini berjualan) memang tidak lepas dari resiko penolakan. Hal ini pula yang dialami Rizki pada saat masih  berjualan door to door, sehingga akhirnya menyadari jika lebih mudah berjualan secara online pada Tahun 2007.

# Perhatikan Masalah HAKI
Baru pada 2009 Rizki menemui kebutuhan untuk mendaftarkan nama dagangnya ke HAKI, namun ternyata nama yang dipilihnya sudah digunakan sebagai merek dagang orang lain, dari sini Rizki harus mencari nama dagang baru untuk didaftarkan sehingga usahanya membangun brand harus dimulai dari awal lagi. Di sinilah pentingnya HAKI bagi sebuah merek dagang yang belum banyak disadari oleh mayoritas pengusaha di Indonesia.

#Besar Tidak Berarti Lebih Baik
Sebuah tim besar yang melibatkan banyak orang tidak selalu lebih baik dengan tim kecil tetapi efektif mencapai tujuan perusahaan. Sebagai contoh saat Rizki bekerja sama dengan 100 ibu-ibu di sekitar lingkungannya, ternyata tidak semua mempunyai kualifikasi keahlian yang diinginkannya, bahkan pada akhirnya lebih sering memunculkan konflik internal antara tim produksi dan tim marketingnya. Pada akhirnya Rizki merampingkan tim produksinya hanya menjadi 15 orang namun mampu mengerjakan lima kali lebih cepat daripada 100 orang.

#Meluaskan Bisnis Dengan Memperhatikan Kekuatan Anda
Rizki melihat ada yang bisa dimaksimalkan dari kemampuan penjahitnya yaitu dalam hal menjahit kain sifon. Maka setelah mengakuisisi sebuah unit produksi jahit, Rizki memperluas bisnisnya dengan menjalankan konveksi yang juga mengerjakan pesanan dari brand milik orang lain.

#Belajar Dari Pengalaman
Rizki juga menciptakan brand baru pada produksi fashion anak usia 1-2 tahun. Yang berbeda dari brand sebelumnya adalah bahwa kali ini Rizki lebih matang dalam hal marketing dengan mempunyai strategi pemasaran yang lebih terarah.

#Persaingan di Dunia Online Itu Keras, maka Anda Harus Kuat Mental Lebih Dahulu
Urusan hak cipta produk menjadi isu sensitif di dunia online. Pernah ada pesaing yang dengan terang-terangan menjiplak produk Rizki dengan harga yang jauh lebih murah, bahkan pesaing tersebut sempat melakukan provokasi dan promosi ke halaman facebook produk Rizki  dan menyatakan bahwa harga produknya lebih murah. Apa yang dilakukan Rizki ternyata mengejutkan: Tidak melakukan apa-apa. Dia hanya berharap agar desainnya memberi manfaat bagi si penjiplak. Rizki yakin bahwa bisnis yang diawali dengan baik akan membawa hasil baik, begitu pula sebaliknya.

Sebelum go online, Rizki masih berjualan secara door to door, dan seringkali sukses mendapat penolakan. “Pedih memang,” katanya. “Namun hal inilah yang membuat saya sadar bahwa lebih gampang untuk jualan di Internet.”
Maka pada  tahun 2007, Rizki membuat website untuk produknya yang diberi nama Rumah Jilbab Ananda. Bisnis ini kemudian mengantarkannya mendapat beasiswa pelatihan di Belanda.
- See more at: http://studentpreneur.co/ibu-rumah-tangga-ini-sukses-menjalankan-3-bisnisnya-secara-online-tanpa-mengabaikan-keluarga/#sthash.NnchmOz1.dpuf
Tips #2: Perhatikan masalah HAKI.
Tahun 2009, muncul kebutuhan untuk mendaftarkan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Akan tetapi, upayanya terganjal karena nama Rumah Jilbab Ananda telah dipatenkan orang lain. Rizki berpikir bahwa tidak ada gunanya melanjutkan untuk mengembangkan nama brand yang suatu saat justru memunculkan konflik. Maka, Rumah Jilbab Ananda ditutup dan Rizki membuka nama baru, Rizhani. “Kita start fresh. Dari nol lagi,” katanya.
Memang, membuat nama baru berarti Anda mulai dari nol lagi. Segala upaya marketing yang Anda lakukan untuk membesarkan nama brand lama Anda menjadi sia-sia. “Kalau tahu begini, dari awal saya sudah start dengan nama yang benar-benar unik dan tidak beresiko menimbulkan dispute,” katanya.

Tips #3: Besar tidak berarti lebih baik.
Pada tahun 2009, penjahit di Rhizani adalah ibu-ibu di sekitar rumahnya. Mereka menggarap jahitan jilbab di rumahnya masing-masing / take home. Jumlah pekerja Rhizani kemudian mencapai 100 orang.
“Lebih besar bukan berarti lebih baik,” kata Rizki. “Karena tidak semua ibu-ibu ini giat bekerja, maka seringkali order dari customer tidak dikerjakan tepat waktu. Kita dikejar-kejar customer dan seringkali terjadi sengketa antara tim produksi dan marketing kita.”
Puncaknya, Rizki mengakuisisi sebuah unit produksi jahit, dan hanya mempekerjakan orang yang benar-benar memiliki kemampuan menjahit. “Semua penjahit kami bekerja dengan cepat. 15 orang bisa mengerjakan 5x lebih cepat daripada 100 orang.”

Tips #4: Meluaskan bisnis dengan memperhatikan kekuatan Anda.
“Saya merasa ada yang dapat dimaksimalkan dari sini,” kata Rizki menunjuk soal kecepatan tangan penjahitnya. “Mereka mampu menjahit kain sifon tanpa kesulitan.”
Maka, setelah mengakuisisi sebuah unit produksi jahit, Rizki membuat unit bisnis baru yang diberinya nama Rira Clothing. Rira Clothing adalah sebuah konveksi fashion yang menerima pemesanan jahit dari brand milik orang lain. Dengan demikian, Rizki tetap mampu memproduksi busana muslim untuk Rizhani sekaligus menerima permintaan jahitan dari brand milik orang lain.

Tips #5: Belajar dari pengalaman.
Belajar dari pengalaman, dan melihat sumber daya yang dimilikinya, maka Rizki membuka satu bisnis lagi, yaitu Little Bee Fashion yang bergerak di jualan baju untuk anak usia 1-2 tahun.
“Apa yang membuatnya berbeda?” kata Rizki. “Kali ini, saya sudah lebih siap dengan model bisnis yang tepat mengenai bagaimana mengelola sebuah brand. Strategi marketing saya lebih pelit. Semua iklan harus diperhitungkan dengan baik, bukan sembarang iklan.”
“Dan di Little Bee nanti, seiring dengan pertumbuhan usia customer saya nanti, bukan berarti saya akan terus menjual baju untuk anak 1-2 tahun. Mungkin nanti saya juga akan menjual baju untuk anak usia 3-5 tahun, dst dengan brand yang berbeda.”

Tips #6: Persaingan di dunia online itu keras, maka Anda harus kuat mental lebih dulu.
“Pernah di Tokobagus saya temukan sebuah toko yang menggunakan foto milik Little Bee,” kata Rizki mengenang. “Luar biasanya, dengan foto yang sama, bahkan watermark-nya masih menempel, dia berani menetapkan harga Rp 30.000,00. 5 kali lebih murah dari Little Bee. Bukan itu saja. Si pemilik kemudian datang ke Fanspage Facebook kami dan menulis bahwa jualannya lebih murah, jadi mending beli dari tokonya saja.”
“Apa yang saya lakukan?” kata Rizki. “Tidak ada.”
“Saya hanya mendoakan agar desain kami memberikan manfaat baginya,” pungkas Rizki. “Saya percaya bahwa bisnis yang diawali dengan baik, hasilnya akan baik. Begitu pula berlaku sebaliknya.”
- See more at: http://studentpreneur.co/ibu-rumah-tangga-ini-sukses-menjalankan-3-bisnisnya-secara-online-tanpa-mengabaikan-keluarga/#sthash.RDHnwnK8.dpuf
Tips #1: Jangan menyerah.
Sebelum go online, Rizki masih berjualan secara door to door, dan seringkali sukses mendapat penolakan. “Pedih memang,” katanya. “Namun hal inilah yang membuat saya sadar bahwa lebih gampang untuk jualan di Internet.”
Maka pada  tahun 2007, Rizki membuat website untuk produknya yang diberi nama Rumah Jilbab Ananda. Bisnis ini kemudian mengantarkannya mendapat beasiswa pelatihan di Belanda.
- See more at: http://studentpreneur.co/ibu-rumah-tangga-ini-sukses-menjalankan-3-bisnisnya-secara-online-tanpa-mengabaikan-keluarga/#sthash.RDHnwnK8.dpuf
Tips #1: Jangan menyerah.
Sebelum go online, Rizki masih berjualan secara door to door, dan seringkali sukses mendapat penolakan. “Pedih memang,” katanya. “Namun hal inilah yang membuat saya sadar bahwa lebih gampang untuk jualan di Internet.”
Maka pada  tahun 2007, Rizki membuat website untuk produknya yang diberi nama Rumah Jilbab Ananda. Bisnis ini kemudian mengantarkannya mendapat beasiswa pelatihan di Belanda.
- See more at: http://studentpreneur.co/ibu-rumah-tangga-ini-sukses-menjalankan-3-bisnisnya-secara-online-tanpa-mengabaikan-keluarga/#sthash.RDHnwnK8.dpuf
Tips #1: Jangan menyerah.
Sebelum go online, Rizki masih berjualan secara door to door, dan seringkali sukses mendapat penolakan. “Pedih memang,” katanya. “Namun hal inilah yang membuat saya sadar bahwa lebih gampang untuk jualan di Internet.”
Maka pada  tahun 2007, Rizki membuat website untuk produknya yang diberi nama Rumah Jilbab Ananda. Bisnis ini kemudian mengantarkannya mendapat beasiswa pelatihan di Belanda.
- See more at: http://studentpreneur.co/ibu-rumah-tangga-ini-sukses-menjalankan-3-bisnisnya-secara-online-tanpa-mengabaikan-keluarga/#sthash.RDHnwnK8.dpuf

No comments:

Post a Comment