Thursday 17 July 2014

Happy Salma, Co-Founder Tulola Jewelry

Sejak lama saya mengagumi sosok Happy Salma sebagai wanita yang tahu bagaimana menikmati hidupnya. Mulai dari kegiatannya di dunia seni peran, kehidupan sosialnya sampai pada idenya untuk merintis bisnis perhiasan high-end. Menurut saya semua dilakukannya dengan hati, tanpa memaksakan apapun. Berikut ulasan bisnis Happy Salma sebagai co-founder Tulola Jewelry sebagaimana dikutip dari wanitawirausaha.femina.co.id

(foto: kapanlagi.com)

Berangkat dari kecintaannya pada desain perhiasan yang dibuat Sri Luce Rusna, Happy Salma lantas mengajak desainer perhiasan asal Bali ini untuk mengembangkan brand perhiasan Tulola. Happy yakin, karya Sri yang sarat tradisi dan kemewahan itu mampu menembus pasar premium dan berkembang menjadi besar jika dikerjakan dengan serius. Menemukan visi yang sama, keduanya lantas mulai merintis mengembangkan Tulola. Kini, mereka bisa tersenyum bangga, ketika produk Tulola telah mendunia. 

Dididik untuk tidak takut mengekspresikan diri melalui karya dan budaya membuat perhiasan hasil rancangan Sri terlihat istimewa. Dalam tiap goresan desain perhiasannya, Sri selalu mengembalikan kecintaannya pada kreasi perhiasan tradisional Indonesia, yang ia kemas kembali dengan sentuhan modern kaya tradisi. Inilah yang menjadi nyawa tiap karyanya. 

Menurut Happy, meski desain Tulola terinspirasi dari gaya perhiasan kuno, perhiasan ini dibuat dengan sentuhan modern agar masih bisa dikenakan oleh wanita masa kini. “Misalnya saja subeng (anting tradisional) yang dibuat dengan desain dan pengerjaan yang rumit. Tapi, bisa digunakan dengan nyaman sehari-hari, dipadukan dengan fashion terbaru atau jeans,” jelas Happy. 

Terinspirasi gaya perhiasan kuno yang sarat detail, desain Tulola tidak bisa dikerjakan secara sembarangan atau menggunakan mesin. Di sinilah sebuah seni tercipta. Perhiasan yang dibuat harus dikerjakan oleh tangan sehingga eksklusif. Filosofi Tulola, perhiasan itu berbicara tentang jiwa dan kepribadian pemakainya. “Perhiasan yang kami produksi pengerjaannya cukup rumit. Bahkan, beberapa produk Tulola ada yang hanya bisa dikerjakan oleh tangan-tangan tertentu, tidak sembarang tukang bisa mengerjakannya. Tiap item pun terbatas jumlahnya,” ungkap Happy.

Satu produk Tulola bisa memakan waktu pengerjaan hingga sebulan lamanya. Karena itu, mereka sepakat untuk tidak memproduksi perhiasan secara massal. Tulola juga menggunakan bahan baku perhiasan yang terbaik. Mulai dari emas murni sampai berlian.

Kerumitan dalam pembuatan, penggunaan bahan berkualitas, hingga waktu pengerjaan yang cukup lama membuat beberapa desain Tulola hanya tersedia dalam limited edition atau hanya ada satu saja. Karena itulah, Tulola memilih untuk memasuki pasar high end yang tidak menuntut kapasitas produksi yang tinggi dan daya beli pasarnya cukup tinggi. Selain itu, di kalangan konsumen premium, perhiasan ini juga menjadi benda koleksi yang bernilai tinggi. Terbukti, perhiasan eksklusif koleksi Tulola yang harganya bisa mencapai Rp20 jutaan dapat terjual di pasaran.

Bisa dibilang konsep heritage yang diusung Tulola menjadikan produk perhiasan ini berbeda dari yang ada di pasaran. Misalnya saja dengan mendesain kembali anting model subeng yang sudah tak banyak digunakan orang.

Selama ini, Happy melihat produk Tulola bisa bersaing dan diterima pasar karena desain yang berkonsep matang diwujudkan dalam sebuah teknik pengerjaan yang sangat teliti dan dikerjakan oleh tukang-tukang terbaik. Bahkan, untuk menjaga kualitas dan menghasilkan produk yang terbaik, mereka tidak ragu untuk berani berinvestasi bahan dan alat-alat khusus.

“Kami menggunakan alat-alat khusus dari Italia, dan mendatangkan langsung teknisinya untuk melatih pegawai kami. Produk terbaru Tulola juga menggunakan berlian yang pemotongannya khusus dilakukan di Bangkok,” jelas Happy, menggambarkan komitmen Tulola.
  
Sumber inspirasi Tulola bisa datang dari mana saja, mulai dari lagu hingga sejarah bangsa. Yang terpenting, budaya Indonesia dan alam Indonesia selalu menjadi akar kreasi mereka. Seperti koleksi Juwita Malam yang terinspirasi dari lagu karya Ismail Marzuki. Koleksi ini menggambarkan kecantikan dan keanggunan misterius wanita Indonesia.
   
Kejelian Tulola soal branding berhasil meletakkan produknya di pasar high end. Mereka membuka flagship store tak hanya di Bali, tapi juga di New York, untuk membuka pasar internasional. Dengan langkah ini, tak hanya figur publik yang mulai mengenal Tulola, tapi juga media asing yang berdatangan untuk meliput produk mereka. W Magazine USA memasukkan gold cuff dari Tulola sebagai Most Wanted List 2012. Selain itu, penyanyi rock  Courtney Love juga menggunakan gladiator cuff dan temple cuff Tulola di sampul NME Magazine.

Rutin melakukan pameran untuk memperkenalkan produknya kepada pasar menjadi langkah awal yang dilakukan Tulola ketika mengembangkan usaha ini. Bahkan, Happy dan Sri sengaja turun tangan sendiri untuk membuat konsep pameran mereka. Mereka ingin apa yang dilihat pelanggan saat pameran itu benar-benar memberikan personal touch Tulola. 

Disadari Happy, bermain di pasar premium berarti ia harus membuat pelanggannya merasa istimewa. Bukan hanya soal kualitas dan desain produk, tapi pendekatan pada pelanggan dengan layanan yang premium. Salah satunya adalah dengan memberikan garansi pada  tiap produk. Jadi, bila suatu waktu ada masalah dengan perhiasan yang dibeli, Tulola bisa memperbaikinya.

Mereka juga membuka layanan customer 24 jam, yang akan langsung menjawab, jika ada keluhan dari pelanggan. Bagi Happy, kedekatan dengan pelanggan itu memang perlu dijaga, tapi tidak hanya untuk hal yang positif saja. Menurutnya, yang terbaik jika kita bisa memberikan solusi langsung saat ada komplain atau keluhan yang datang.

No comments:

Post a Comment