Thursday 26 March 2015

Farkhunda

(foto: nationforchange.com)

Namanya Farkhunda. Sebuah nama yang biasa-biasa saja. Seperti Dewi atau Sri di Indonesia. Namun, nasib yang menimpa perempuan 27 tahun asal Kabul pada Kamis lalu (19/3) membuat nama itu tak akan terlupakan.
Gara-gara dituduh membakar Alquran, perempuan tersebut mengalami kematian mengerikan. Dia dipukul massa dan dijatuhkan dari loteng sebelum ditabrak mobil. Belakangan, diketahui tuduhan itu isapan jempol belaka karena dia berani mempertanyakan pendapat ulama yang dianggapnya tidak sesuai.
Belum cukup itu. Setelah tak berdaya, dia masih saja ditendang dan dipukuli massa sampai meninggal. Jasadnya kemudian dibakar sebelum dibuang ke sungai. Pemerintah Afghanistan langsung mengutuk tindakan barbar tersebut. Dunia pun mengutuk aksi itu. Kita semua mengutuknya dan memang tindakan sadis tersebut layak dikutuk.
Namun dunia tak lantas menjadi lebih baik setelah mengutuk. Pangkal permasalahan tersebut ada pada sikap ekstremisme. Itulah yang menjadi sumber kekacauan. Farkhunda mungkin bisa dianggap tak sopan dengan mempertanyakan pendapat seorang ulama lokal. Namun, menjaga ajaran dengan besi dan pedang ternyata menimbulkan masalah yang lebih besar.
Penulis Umberto Eco dalam novelnya, The Name of The Rose, pernah menyebut, kejahatan bisa datang dari kesalehan. Itu tidak berarti salah menjadi orang saleh. Namun, sikap menganggap semua orang yang berbeda pandangan sebagai musuh hanya akan membuat dunia semakin terbelah.
Indonesia sudah menunjukkan bibit-bibit semacam itu. Dengan alasan menjaga akidah, sejumlah kelompok justru melakukan kekerasan terhadap kelompok lain. Secara terang-terangan. Meski skalanya berbeda, esensinya sama. Itu tentu menyedihkan.Semakin canggih peradaban, namun pertentangan antar keyakinan justru makin mudah terbakar.
Pertentangan Sunni-Syiah yang membuat kawasan Timur Tengah sekarang menjadi titik panas: ISIS dan 36 keompok militan, termasuk Boko Haram, yang telah berbaiat; serta kelompok antiekstremisme agama yang justru menjadi ekstremis sendiri seperti PEGIDA di Jerman membuat dunia kini seperti kembali ke abad pertengahan. Terbelah-belah karena keyakinan dan siap berperang.
Sungguh saat ini dibutuhkan kesadaran sebagaimana yang pernah dikatakan Gus Mus. "Setiap cercaan atau hinaan terhadap akidah tidak akan merusak Islam. Yang merusak Islam justru reaksi yang berlebihan." Harus diingat bahwa Tuhan hanya satu. Dan, kenapa kita harus berperang di satu bumi demi satu Tuhan.

(sumber: kolom Jati Diri Jawa Pos Jumat, 27 Maret 2015)

Monday 23 March 2015

Peyek Kepiting: Semangat Inovasi Yang Memberi Rejeki

(gambar: oleholehetam.com)




Peyek, makanan ringan sejenis keripik khas masyarakat Jawa sangat digemari lapisan masyarakat. Namun siapa sangka, dari peyek yang diramu dengan kreativitas tinggi, bisa menjadi barang bernilai tambah dan menguntungkan.

Salah satu orang yang mengembangkan bisnis peyek adalah Filsa Budi Ambia. Pria 29 tahun itu justru mampu meraup omzet Rp 165 juta/bulan dari bisnis peyek.

"Alhamdulillah, sekarang omzet per bulan Rp 165 juta," kata Filsa pada acara Penjurian Nasional Program Wirausaha Mandiri 2014, di Gedung Wisma Mandiri Club, Jalan Mataram Jakarta Selatan, Selasa (10/3/2015).

Filsa saat ini memang sedang menekuni bisnis peyek kepiting. Pria asli Banyumas yang lama tinggal di Balikpapan ini memadukan keahlian membuat peyek, dengan populasi kepiting yang cukup banyak di Balikpapan, Kalimantan Timur.

"Saya ingin peyek ini naik kelas. Lalu saya pikir nilai tambahnya apa, dengan kemasan biasa tentu nggak cocok. Di Kalimantan itu banyak kepiting, saya pikir tes dulu, lalu penggunaan bumbu saya akurasi dan dikemas menarik lalu diberi ke teman-teman," paparnya.

Filsa memulai bisnis barunya itu Februari 2013. Saat itu ia hanya mengolah 1 kg daging kepiting untuk menghasilkan 20 pcs peyek kepiting. Siapa sangka ini awal pintu masuk Filsa menjadi wirausahawan sukses.

"Dari modal Rp 75.000 itu akhirnya banyak yang pesan. Harganya ada yang Rp 20.000/pcs dan ada Rp 10.000/pcs, akhirnya dapat omzet Rp 150.000," paparnya.
Pengembangan bisnis dari hari ke hari terus dilakukan Filsa. Saat ini rutinitas Filsa memproduksi peyek kepiting 2.000 pcs per hari dari 40 kg kepiting yang diolah. Berkat jerih payahnya, Filsa sudah memiliki 21 pegawai.

"Produk saya sudah dijual di toko oleh-oleh di Kalimantan Timur, ritel modern seperti hipermarket. Lalu hubungan dagang partnership dengan distributor di Jakarta. Dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi produk saya ada," tuturnya.

Kesuksesan yang diraih Filsa dalam menekuni bisnis peyek kepiting tidak membuat sombong. Filsa mengaku pernah hidup susah dari bekerja menjadi sopir, tertipu bisnis gelap, hingga sampai menjual cincin pernikahannya.

"Tahun 2007 saya merantau ke Balikpapan, bekerja jadi sopir di perusahaan tambang gajinya tidak menutupi untuk hidup kemudian resign tahun 2010 dan buka usaha ayam goreng bangkrut. Kemudian saya coba berbisnis martabak mini franchise sudah memiliki 35 cabang bangkrut juga di tahun 2012," tuturnya.

Pada 2012 Filsa pernah kena tipu investasi Rp 120 juta dan punya utang banyak. Pada waktu itu, dirinya sudah punya anak,

"Anak saya menangis minta susu. Di situ titik balik saya sadar. Cincin kawin akhirnya dilepas dan digadai, uangnya buat beli susu, sama bayar kebutuhan hidup lain. Tinggal Rp 100.000, ini awal mula saya membuat peyek kacang lalu berubah menjadi peyek kepiting," katanya.

(sumber: detik.com)

Friday 20 March 2015

Pesantren Pemacu Ekonomi Kreatif

Ada pendapat yang mengatakan bahwa kita tidak akan dapat memperbaiki nasib hanya dengan mengeluh, melangkah, sekecil apapun akan membawa kemajuan bagi kita. Terdapat banyak jalan untuk memajukan ekonomi rakyat sebagaimana ditulis dalam halaman ekonomi harian Jawa Pos edisi cetak berikut ini:

(gambar: ppdarussalam.blogspot.com)

Menggerakkan perekonomian masyarakat dapat dimulai dari banyaknya jumlah pesantren di Jawa Timur (Jatim). Caranya adalah mengoptimalkan pendidikan enterpreneur.
Penasihat Yayasan Pesantren Agrobisnis dan Agroindustri Mukmin Mandiri Karyanto Wibowo menyatakan, sudah banyak pesantren berfokus pada satu produk, perekonomian daerah akan terkerek. Sebab, ketersediaan sumber daya manusia yang terdidikdan hasil alam berlimpah bakal memuluskan langkah tersebut. 
Mantan direktur Perusahaan Daerah (PD) Pasar Surya itu menyebutkan, saat ini pesantrennya memproduksi 25 ton kopi per bulan. Jumlah tersebut belum maksimal dari ketersediaan yang ada. "Sejauh ini kami baru memasarkan di Jatim saja" katanya.
Selain pasar Jatim, Karyanto akan membidik bisnis kreatif model inkubator. Dia menjelaskan bahwa potensi anak muda yang hobi minum kopi menjadi peluang besar. Pihaknya akan memberi pendampingan dan modal kerja, termasuk menyediakan bahan baku. Dengan demikian, pihaknya turut mengentaskan persoalan pengangguran.
Karyanto menambahkan terkait dengan penetrasi pasar, pihaknya masih butuh proses, terutama dari sisi promosi. Dia berharap program inkubator akan memperluas pasarnya. Karyanto juga optimistis cara itu dapat merangkul anak muda untuk membantu pemerintah dalam menggerakkan industri ekonomi kreatif.

(sumber: Harian Jawa Pos, Jumat 20 Maret 2015)

Tuesday 17 March 2015

Banjirnya Di Mana Ya?



Disadari atau tidak, kualitas hidup seseorang ditentukan oleh cara berpikirnya sendiri. Ini yang ditegaskan kembali oleh Rhenald Khasali dalam tulisan "Banjirnya Di Mana Ya?" yang dimuat dalam harian online Kompas. Berikut tulisan lengkapnya:

Senin 9 Februari 2015, hujan yang tak henti dari malam sebelumnya membuat genangan air hebat di hampir semua bagian ibukota. Air mencari jalan, berebut dengan kendaraan. Ribuan orang tertahan di jalan, dan seabrek lukisan tentang banjir ibukota beredar di media sosial.

Hari itu sulit saya lupakan, karena malamnya saya sudah punya agenda penting: merayakan anniversary pernikahan ke-26 bersama keluarga dalam bentuk makan malam di Jakarta. Batal!

Tetapi esoknya cuaca mendung perlahan-lahan beralih menjadi terang. Air mulai surut. Pagi hari saya mengajar di kampus UI Depok, di luar dugaan hampir semua mahasiswa hadir. Jalan pun tak macet-macet amat. Jam 11 saya beranjak dari kampus menuju Jalan Merdeka Selatan.

Sejak pagi saya sudah minta supir agar terus memantau perkembangan. Radio, TV, social media, dan sms ia pantau sepanjang pagi. Kesimpulannya, Jakarta telah berubah menjadi danau raksasa. Ia pun kebingungan, hampir semua jalan tergenang banjir.

Akhirnya kami putuskan lewat Cimanggis, terus menembus Jembatan Semanggi-Thamrin. Di perjalanan saya bertanya beberapa kali: Banjirnya di mana? Ia pun kebingungan. Beberapa nama lokasi yang disebut banjir, saat dilewati tak tampak genangan air sedikitpun.

Tidak pernah saya duga, hari Selasa itu dari Depok saya hanya butuh waktu 25 menit untuk sampai di Jembatan Semanggi. Ketika saya ceritakan di Twitter ada follower yang dongkol. Mustahal, katanya.

Ya, mustahil karena di saat normal, minimal satu setengah jam. Rekan saya yang datang dari arah Ciputat bahkan sudah lebih dulu sampai di Merdeka Selatan. “Supirnya ngebut, cuma 20 menit sampai, ujarnya.”

Semua Kegiatan Batal

Tetapi, sesampainya di Bundaran Hotel Indonesia saya menerima  kabar pertemuan penting di dekat istana hari itu dibatalkan. Kabarnya banyak orang yang tak masuk. Mereka semua terheran-heran begitu mendengar kabar dari saya jalan begitu lengang, genangan air tidak ada.

Dapat dikatakan, hampir semua orang Jakarta percaya ibukota tengah dikepung air bah besar. Wajar kalau semua membatalkan kegiatan.

Ibarat petinju yang swing ya gagal, di sebuah apartemen di jalan Jenderal Sudirman Jakarta saya pun duduk lunglai di depan pesawat televisi. Semua channel berita saya buka, ternyata isinya semua tentang berita banjir. Demikian juga kicauan di group Whatsapp. Seorang teman memposting berita tentang posko siaga banjir.

Iseng-iseng saya menanyakan semua teman yang sedang berada di jalan tentang kondisi lalu lintas. Ternyata laporan mereka berbeda dengan berita tivi. Bahkan rute bandara – menuju ke tengah kota Jakarta juga aman.

Tetapi, sebagian yang lain masih melakukan hal serupa: mem-posting berita dari berbagai media tentang tingginya air di lokasi-lokasi yang maaf, keadaan di lapangan telah berubah.

Tak percaya dengan perbedaan informasi itu, saya pun keliling ibukota. Saya lewati pusat-pusat kebanjiran yang selalu menjadi perhatian. Di Kampung Melayu saya berhenti di atas jembatan dan melongok ke dalam aliran sungai. Ajaib: airnya rendah.

Kalau Kampung Melayu aman, rasanya Kampung Pulo yang langganan banjir pun aman.

Tetapi ketika hal itu saya sampaikan pada teman-teman, hanya sebagian orang yang percaya, selebihnya mempercayai berita dari media massa. Apalagi sebuah media dotcom berpengaruh hari itu menurunkan liputan kemarin: Jakarta Dikepung Banjir.

Saya pun menyimpulkan: ini pasti siaran ulang. Persis seperti berita tentang badai salju yang menimpa Boston belum lama ini. Media massa lokal menyiarkan kabar bencana itu selama beberapa hari. Padahal badai itu telah berlalu, dan Boston sudah berangsur normal kembali.

Tetapi ini Jakarta loh, beritanya juga untuk orang Jakarta. Berapa jauh sih jarak antara kita dengan kejadian? Harusnya kita bisa cepat melakukan up date. Namun gara-gara berita itu, kolega-kolega saya dari mancanegara ikut gelisah. Mereka mengirim pesan-pesan empati, seolah-olah Jakarta sudah dikepung bencana nasional.

Karena semua kegiatan batal, saya pun iseng memposting pengamatan lapangan itu melalui Twitter. Saya mendapat dua respons yang berbeda: yang percaya dan yang menentang.

Kelompok yang pertama adalah mereka yang melihat sendiri keadaan di ibukota. Mereka sependapat dengan saya. Kelompok satunya, seperti biasa, bukan hanya membantah, melainkan mengungkapkan sumpah serapah, mengata-ngatai secara negatif, dan mengirimkan berita-berita tentang banjir dari berbagai media.

Setelah saya baca, postingan-postingan negatif itu didasarkan foto-foto dan berita yang terjadi pada hari Senin, persis ketika Jakarta benar-benar dikepung banjir dan dikirim oleh mereka yang selalu menulis pesan-pesan negatif. Padahal, Selasa siang matahari sudah kembali tersenyum, laut pun tidak sedang pasang, sungai-sungai begitu cepat surut. Genangan tersisa di daerah berbentuk cekungan yang airnya selalu terperangkap. Kalau tak dipompa keluar, air-air itu tetap akan menggenang di sana.

Itulah sifat air, selalu berjalan menuju area yang rendah. Bila dulunya ia adalah rawa-rawa resapan air, seperti di area Kelapa Gading dan Grogol, atau di kolong-kolong jembatan dan daerah yang berbentuk cawan (depan SD Tarakanita Jalan Tendean atau jalan Bank di Kebayoran) maka air akan kembali berteduh di sana.

Di Balik Awan Gelap Ada Matahari

Kejadian ini menyisakan pertanyaan, mengapa kita melebih-lebihkan kabar tentang banjir?  Pertanyaan saya, apakah bedanya banjir dengan genangan air sepertinya sulit dijawab mereka yang senang menyebarkan berita buruk.

Saya jadi teringat hal ini.  Di sebuah sekolah bisnis saya pernah memajang sebuah kutipan yang saya adaptasi dari Leonard Levinson, “Seorang pesimis adalah orang yang tak bisa melihat indahnya matahari di balik awan yang gelap.”

Ya, kalimat itu saya tujukan kepada anak-anak muda (dan juga para guru) yang selalu menyuarakan kesusahan masa lalu, segala musibah yang sudah berlalu yang seakan-akan ada terus hingga hari ini.

Maaf, bukannya saya tak percaya banjir telah terjadi. Bukan pula saya tak berempati terhadap para korban. Tetapi kita harus bersyukur pula ketika Tuhan telah mengirimkan mentari yang tersenyum dan orang-orang yang telah bekerja keras memompa air ke gorong-gorong yang membawanya ke laut.

Mendengar pengalaman itu, seorang teman berbagi cerita tentang dua anak yang diberi hadiah besar oleh ayahnya. Yang satu kamarnya diberi hadiah penuh mainan. Anak pertama itu membanting pintu karena menduga “pasti ayah ada maunya dengan memberi hadiah sebanyak itu.” Sebaliknya, anak kedua diberi, maaf, sebongkah besar tahi kuda.

Begitu melihat tahi kuda sebesar itu, anak kedua meloncat kegirangan. “Terimakasih ayah, itu pasti kuda Pony yang kau berikan.”

Kata teman saya yang lain, “susah juga ya memberi hadiah yang pas bagi orang yang sudah nyaman hidupnya.”  Jadi maunya apa dong? Tahi kuda atau mainan yang banyak?

Tetapi baiklah, bukankah setiap musibah itu adalah hadiah penting yang disampaikan Tuhan agar kita melakukan change?

Namun begini.

Hari ini bukanlah pengulangan dari yang kemarin, dan berita ulangan bukanlah berita hari ini. Kita syukuri bahwa kita masih diberi waktu untuk melihat indahnya pelangi. Orang optimis melihat pelangi, sedangkan yang pesimis hanya bisa melihat awan yang gelap?

Bila esok banjir kembali datang, kita harus lebih siap menghadapinya, bukan terus mengutuk dan saling menyalahkan. Dan bila ia telah pergi kita pun siap menyambut hari-hari yang cerah.

Wednesday 11 March 2015

Apa Itu Reksa Dana?

Istilah reksa dana banyak disebut sebagai salah satu instrumen investasi dewasa ini Namun tahukan anda apa sebenarnya reksa dana itu? Berikut adalah artikel yang ditulis Rudiyanto, Head of Operation and Business Development Panin Asset Management, serta salah satu anggota pokja OJK untuk peningkatan literasi keuangan di Indonesia sebagaimana dimuat pada laman www.kompas.com.



Reksa dana merupakan suatu produk investasi yang berkembang pesat dalam beberapa tahun ini. Meski demikian, masih banyak masyarakat yang belum paham.

Sebagai gambaran, dengan jumlah penduduk mencapai 250 juta, jumlah investor reksa dana aktif diperkirakan baru sekitar 240.000 orang.

Sesuai dengan Undang-Undang Pasar Modal No 8 Tahun 1995, reksa dana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal yang selanjutnya diinvestasikan kembali ke dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi.
 
Berdasarkan definisi di atas,  reksa dana adalah:

Wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal.
Menghimpun dana dari masyarakat bukan perkara main-main. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara ketat sudah mengatur jenis perusahaan seperti apa saja yang dapat melakukan kegiatan penghimpunan dana, antara lain seperti bank, asuransi, dana pensiun, pegadaian, multifinance, dan pasar modal.

Reksa dana merupakan produk dari perusahaan yang masuk dalam kategori pasar modal yang diawasi oleh OJK sehingga bisa melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat.

Banyaknya berita investasi bodong yang marak belakangan ini, kebanyakan berasal dari penghimpunan dana ilegal yang dilakukan oleh perusahaan dan oknum yang tidak terdaftar dalam OJK.

Diinvestasikan kembali dalam portofolio efek
Dalam kesehariannya, manusia menggunakan produk dan jasa dari berbagai perusahaan. Sebagai gambaran:
Ketika bangun tidur, kita mandi dan menggunakan produk seperti odol dan sabun. Salah satu produsennya adalah Unilever. Waktu berangkat kerja, menggunakan kendaraan mobil yang diproduksi oleh Astra Internasional. Perjalanan ke kantor menggunakan jalan tol yang dimiliki Jasa Marga. Untuk membayar biaya tol menggunakan kartu e-Money yang dikeluarkan oleh Bank Mandiri.

Nama-nama perusahaan di atas seperti Unilever, Astra Internasionl, Jasa Marga dan Bank Mandiri adalah perusahaan terbuka yang salah satu sumber pendanaan perusahaan berasal dari penerbitan efek saham dan obligasi.

Efek saham adalah surat berharga yang menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Dengan berinvestasi pada saham berarti seseorang menjadi pemilik perusahaan.

Efek obligasi adalah surat berharga yang menyatakan bukti hutang suatu perusahaan. Dengan berinvestasi pada obligasi berarti seseorang memberikan pinjaman kepada perusahaan.

Dana yang dihimpun dari masyarakat tersebut diinvestasikan dalam efek saham dan efek obligasi. Karena memiliki beberapa efek sekaligus, maka disebut portofolio efek.

Oleh Manajer Investasi
Kegiatan investasi tentunya harus dilakukan oleh pihak yang memiliki keahlian dan mendedikasikan semua waktunya untuk hal tersebut. Dalam UU PM, pihak itu disebut Manajer Investasi (MI).

Bagi masyarakat awam, Manajer Investasi sering dipersepsikan sebagai orang. Hal itu kurang tepat, karena MI pada dasarnya adalah perusahaan.

Umumnya, perusahaan yang melakukan kegiatan usaha ini memiliki nama Manajemen Investasi, Investment Management atau Asset Management pada nama perusahaannya. Contohnya: Danareksa Investment Management, Panin Asset Management, Mandiri Manajemen Investasi, dan Manulife Asset Management.

Perusahaan yang mendapat izin disebut Manajer Investasi (MI), sementara izin bagi personel yang bekerja di perusahaan disebut Wakil Manajer Investasi (WMI).

Izin untuk MI dan WMI diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Prosesnya juga tidak sederhana karena ada berbagai rangkaian fit and proper test untuk memastikan bahwa penerima izin memiliki kemampuan dan integritas.

Melalui reksa dana, masyarakat dapat berinvestasi pada perusahaan-perusahaan terkemuka di Indonesia melalui perantaraan Manajer Investasi. Dengan demikian, ketika perusahaan tersebut berkembang dan membagikan keuntungan, masyarakat bisa ikut menikmati hasil pertumbuhan tersebut.

Tuesday 10 March 2015

Cara Membuat Pasta Gigi Alami di Rumah Anda

(foto: www.vemale.com)


Memilih pasta gigi untuk keluarga bukanlah perkara mudah. Pasta gigi digunakan rutin setiap hari, masuk ke dalam mulut, dan dengan mudah dapat diserap oleh tubuh. Ada banyak merk pasta gigi yang dijual, dan kebanyakan dari kita memilih pasta gigi yang mempunyai fungsi melindungi gigi, anti bakteri, dan sebagai bonus, memutihkan gigi. Namun demikian, pasta gigi produksi massal yang mempunyai tiga manfaat itu hampir semuanya mengandung bahan kimia dan juga fluoride. Fluoride dalam jangka panjang dapat merusak lapisan gigi dan meracuni tubuh. Bahan lain yang sering ditambahkan pada pasta gigi adalah gliserin. Sebagian dari kita menganggapnya bukan sebagai bahan yang berbahaya, namun pada kenyataannya gliserin dapat menghambat enamel gigi menyerap mineral (seperti kalsium). Kabar baiknya adalah sebenarnya kita dapat membuat  sendiri pasta gigi alami minus tambahan bahan kimia seperti pada pasta gigi buatan pabrik.

Apa bahan-bahan yang dibutuhkan?

Anda hanya harus menyiapkan soda kue, minyak kelapa, tea tree oil, dan daun sage (opsional). Baking soda mempunyai efek anti-asam yang mampu melindungi enamel dari serangan asam dan juga efek anti-bakteri yang mencegah munculnya plak/karang gigi.Tea tree oil mengandung anti-bakteri dan antiseptik yang berkaitan dengan gingivitis, plak, dan gusi bengkak. Selain membunuh bakteri dalam mulut, tea tree oil juga mampu memutihkan gigi. Minyak kelapa juga bagus untuk kesehatan gusi dan pemutih gusi. Ini berkaitan dengan fakta bahwa minyak kelapa mampu menyerap kandungan logam dalam mulut dan tubuh. Sebagai tambahan, sage mampu melembabkan dan menghilangkan noda gigi serta sebagai anti bakteri.

Berapa takaran yang dibutuhkan?

5 sdm soda kue
4 sdm minyak kelapa
6 tetes tea tree oil
1 sdt sage
 
Caranya seperti apa?

campur semua bahan hingga menemukan konsistensi yang diinginkan. Simpan di tempat tertutup (karena soda kue mampu menyerap bau)  . Anda juga dapat menyimpannya pada tube kosong agar lebih praktis.

(sumber: www.lahealthyliving.com)


Lima Tanaman Penangkal Kanker

(foto:www.awaytogarden.com)

Ada banyak alasan mengapa orang membuat taman di rumahnya, diantaranya untuk mendapatkan bahan makanan segar. Selain itu ternyata tanaman di halaman rumah kita juga bisa digunakan untuk mengobati dan mencegah berbagai penyakit, salah satunya adalah kanker.

Parsley (Peterseli/Seledri)

Seledri mempunyai banyak manfaat selain sekedar sebagai tambahan garnish pada masakan. Mengandung minyak yang disebut apigenin, seledri mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan pembuluh darah yang mengangkut makanan bagi sel kanker dan tumor (dikenal sebagai proses angiogenesis)

Dill

Merupakan tanaman keluarga parsley yang mempunyai daun biru kehijauan serta bunga kuning, dill biasanya digunakan sebagai campuran masakan dan pengobatan herbal. Dill mengandung monoterpenes yang menstimulasi enzim glutathione-S-transferase. Enzim ini merupakan antioksidan yang mampu menangkal karsinogen radikal bebas. Dill juga mengandung minyak esensial yang mampu menstimulasi enzim pencernaan.

Rosemary

Jenis tanaman berbau kayu-kayuan ini mengandung asam lemak yang mampu menghambat pertumbuhan dan mematikan sel kanker dan tumor. Studi klinis terbaru menyatakan bahwa rosemary aman digunakan sebagai suplemen pendamping bagi pasien kemoterapi.

Mint

Mengkonsumsi mint dapat membantu memutus rantai makanan bagi sel kanker/tumor melalui proses fitokimia.

Thyme

Merupakan jenis tanaman merambat keluarga mint yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan. Seperti rosemary, thyme mengandung terpenes yang mempunyai fungsi sebagai antikanker, antioksidan, antiseptik, antibakteri, dan antiinflamatori (pembengkakan).

(sumber: www.healthy-holistic-living.com)

Thursday 5 March 2015

Lidah Buaya dan Minyak Kelapa Untuk Mengatasi Jerawat


Jerawat adalah masalah kulit yang sangat lazim terjadi pada kebanyakan orang. Tidak heran jika industri farmasi obat jerawat menghasilkan milyaran rupiah setiap tahunnya. Namun demikian kandungan bahan kimia dalam obat-obatan tersebut mungkin tidak cocok bagi individu yang mengutamakan bahan-bahan alami dalam kesehariannya. Sebagai alternatifnya, anda dapat memanfaatkan lidah buaya dan minyak kelapa untuk mengatasi jerawat tanpa efek samping.

Lidah Buaya

Ada alasan bagus mengapa lidah buaya banyak digunakah sebagai bahan kosmetik, itu karena tanaman ini dikenal dapat menyembuhkan, melembabkan dan meremajakan kulit. Selain itu juga terbukti mampu mengatasi eczema, psoriasis, kulit terbakar, dan ruam.
Studi terbaru yang dipublikasikan oleh The Journal of Dermalotogical Treatment menunjukkan bahwa lidah buaya juga efektif dalam menyembuhkan jerawat. Studi tersebut mengumpulkan 60 orang yang berjerawat sedang sampai berat yang dibagi menjadi 2 kelompok, selama 8 minggu satu kelompok diberi campuran krim tretinoin dan gel lidah buaya sedang kelompok lain diberi campuran krm tretinoin dan placebo. Hasilnya jerawat kelompok gel lidah buaya sembuh lebih cepat dari kelmpok lainnya.
Untuk mengatasi jerawat, cukup aplikasikan gel lidah buaya setiap hari pada area yang bermasalah. Gel tersebut akan meredakan pembengkakan, infeksi, dan kemerahan akibat jerawat serta mencegahnya datang kembali.

Minyak Kelapa.

Seperti lidah buaya, minyak kelapa banyak disukai karena manfaatnya untuk kulit, diantaranya sebagai krim anti aging, sunblock alami, pelembab bibir, pelembab kulit, dan minyak pijat. Selain itu juga dikenal dapat mengatasi masalah kulit lainnya, seperti jerawat. Pada 2009, ilmuwan China menemukan bahwa lauric acid dalam minyak kelapa meruapakan bahan yang sangat efektif sebagai anti bakteri pada jerawat. Itu karena kandungan liposome pada lauric acid dapat menembus membran jerawat untuk membunuh bakteri di dalamnya. Untuk hasil maksimal, aplikasikan minyak dari kelapa organik pada jerawat.

(sumber: www.livingtraditionally.com)

Monday 2 March 2015

Freedom

(sumber foto: laman facebook Putri Sekarsari)

Makna kebebasan adalah berbeda bagi setiap individu. Ada yang merasa bebas saat bisa melakukan hal yang disukainya, ada yang merasa bebas saat mendapatkan sumber daya yang melimpah. Namun pada intinya hakikat kebebasan adalah saat kita tidak berada dalam kontrol atau kendali orang lain. Dan perlu diingat, karena manusia adalah makhluk sosial, tidak ada kebebasan yang mutlak, selalu ada batasan agar kebebasan yang dimiliki tidak melanggar kebebasan individu lain.