Sunday 17 July 2016

Baterai Yang Awet Selamanya? Mungkinkah?




Sebagaimana perangkat elektronik lainnya, umumnya baterai memiliki umur pakai yang terbatas. Bahkan baterai litium yang paling berperforma biasanya cuma memiliki usia pakai 500 siklus pengisian (charge). Namun, sebuah tim penelitian yang dipimpin oleh kandidat Doktor di Universitas California, Mya Le Thai, tampaknya berhasil menemukan baterai dengan usia pakai hingga 200.000 siklus charge, 400 kali lipat dari baterai konvensional! Yang lebih istimewa, penemuan ini terjadi secara tidak sengaja!

"Mya sedang iseng saat melapisi bahan penelitiannya dengan gel tipis dan mulai memicu siklusnya" ujar Reginald Penner juru bicara Universitas California. "Dan dia menemukan bahwa hanya dengan gel ini, dia dapat memperpanjang siklus pemakaian baterai hingga ratusan ribu kali tanpa kehilangan kapasitasnya"

Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengembangkan baterai transistor berbahan litium menjadi kawat emas berukuran nano dan mengganti cairan elektrolit menjadi gel. Ini didasari fakta bahwa baterai litium mempunyai banyak kelemahan, diantaranya: cairan elektrolit di dalamnya sangat mudah terbakar dan sensitif terhadap suhu udara, selain itu litium di dalam baterai akan berkarat seiring waktu.

Meski sangat rapuh, kawat nano adalah konduktor yang hebat. Namun saat dilapisi dengan mangan dioksida dan gel elektrolit, hasilnya adalah baterai yang jauh lebih kuat dari baterai biasanya. Tentu penemuan ini masih harus diteliti lebih jauh lagi, namun hasil awal yang menggembirakan ini tentu memberikan harapan akan hadirnya perangkat elektronik yang tahan lama, termasuk komputer,smartphone, bahkan kendaraan listrik. Yang lebih mencengangkan, baterai ini tidak akan kehilangan kapasitas sebagaimana baterai litium saat berulang kali di charge dan digunakan. Setelah 3 (tiga) bulan dimanfaatkan, baterai ini hanya mengalami penurunan kapasitas sebanyak 5% saja! Ini hampir sama dengan baterai laptop berusia 5 (lima) tahun dibandingkan dengan baterai baru.

Kelemahan yang masih muncul adalah bahwa para peneliti belum sepenuhnya memahami cara kerja baterai jenis baru ini. Selain itu, baterai ini belum penah diuji coba pada alat elektronik konvensional untuk mengetahui efektivitas penggunaannya. Tantangan lainnya adalah harga nominal kawat nano emas yang sangat tinggi (walaupun dengan diameter yang lebih kecil dari rambut manusia!), penggunaan massal dalam baterai jenis baru akan semakin melambungkan harga komoditas ini. Untuk itu, tim berusaha mencari bahan alternatif pengganti kawat nano emas (seperti misalnya nikel) yang minimal bisa menyamai efisiensinya. 

Apapun itu, penemuan ini merupakan terobosan menggembirakan dalam bidang teknologi dan energi, namun apakah sama pendapatnya dengan produsen elektronik raksasa yang menguasai pasar?

sumber: www.ewao.com

No comments:

Post a Comment