Wednesday 20 May 2015

Kopi dan Teh, Sajian Akrab di Kala Lebaran



Di masa kini, dalam memberi suguhan untuk tamu saat lebaran, orang lebih memilih yang praktis-praktis. Beberapa tahun belakangan, penjualan minuman kemasan ( terutama teh dan sari buah) mengalami peningkatan penjualan yang siginifikan menjelang hari raya Idul Fitri. Tradisi umat muslim Indonesia yang saling bersilaturahmi dengan keluarga, tetangga, dan kerabat saat lebaran menjadi pangsa pasar empuk bagi produsen minuman kemasan untuk menggenjot omset mereka.


Namun demikian keluarga saya tidak mengikuti tren tersebut. Suami melarang saya menyuguhkan minuman kemasan yang tinggal coblos dengan pipet untuk meminumnya. Alasannya: kurang menghargai tamu (kurang relevan ya alasannya he2). Suami menginginkan setiap ada tamu yang datang ke rumah disediakan kopi hitam panas atau teh hangat sebagai pendamping kue-kue khas lebaran. Meski membutuhkan waktu lebih lama untuk menyiapkan suguhan minuman itu, suami merasa dengan menyuguhkan ‘minuman bukan instan’, kita lebih menghargai tamu yang datang. Sekalian sambil ngobrol agak lama katanya, biar tidak hanya datang, salaman, lalu pulang.


Kopinya pun hanya mau kopi hitam, tanpa tambahan campuran lain selain gula. Jadi, setiap mendekati lebaran, saya memperbanyak stok kopi hitam, teh celup, dan gula. Tambahan lagi ketersediaan bahan bakar gas untuk menjerang air (harus air mendidih lho, biar perut tidak kembung, pesan suami). Dan tambahan lagi menyediakan sabun cuci  cair ekstra untuk mencuci gelas dan tatakan suguhan ^_^.


Kopi hitam yang disediakan pun dari berbagai jenis kopi; kopi giling curah dari pasar, kopi giling campur gula merah yang diberi teman, kopi murni oleh-oleh dari adik ipar yang bekerja di Flores, dan tentu yang menjadi favorit adalah kopi NESCAFE, kopi murni praktis yang terjaga kebersihan dan aromanya. 


Karena sudah terbiasa, saya jadi tidak merasa repot dengan segala permintaan suami. Bahkan saya jadi ikut merasa bahwa sajian minum saat lebaran yang tepat memang demikian.  Lebih akrab dan lebih menegaskan keramah tamahan dalam menyambut tamu. Inilah salah satu bentuk kebanggaan saya sebagai bangsa Indonesia.  Kopi panas atau teh hangat. 


Tentu masih banyak jenis minuman tradisional lain di seluruh pelosok nusantara yang mampu menegaskan bahwa kita bangsa yang ramah, berpikiran terbuka, namun tetap menjunjung tinggi cita rasa lokal. Namun menurut saya kopi dan teh adalah bahasa yang universal, yang dapat dimengerti oleh setiap tamu yang datang ke rumah kita.


Sejak masa penjajahan belanda, Indonesia dikenal sebagai  salah satu penghasil kopi terbesar di dunia. Data dari Kementerian Pertanian menyebutkan bahwa saat ini Indonesia menempati peringkat keempat dunia sebagai negara penghasil kopi dan pemasok kopi dunia. Negara-negara Eropa dan Skandinavia sangat menggemari kopi produksi Indonesia, mulai dari Kopi Luwak, Kopi Gayo, Kopi Liwa, Kopi Arang Jember (Java Jampit), sampai Kopi Toraja.  Indonesia patut berbangga dengan keanekaragaman jenis kopi yang dapat tumbuh subur di nusantara. Kopi terbukti sebagai produk agribisnis yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan dalam skala ekspor yang lebih besar sehingga mampu meningkatkan perekonomian seluruh pelaku usaha kopi (dari petani, produsen pengolah, pedagang,  sampai PKL warung kopi). 


Sangat menyenangkan apabila kopi dapat menjadi sarana menjalin tali persaudaraan, teman ngobrol yang asyik, serta identitas kebanggaan lokal yang mendunia.

 

No comments:

Post a Comment